
Serial TV “The Flash” yang pertama kali tayang pada tahun 2014, dengan cepat memikat hati penonton dengan aksi superhero yang seru, cerita yang kompleks, dan karakter-karakter yang mudah disukai. Mengambil latar belakang dunia DC Comics, serial ini mengikuti kisah Barry Allen, seorang ilmuwan forensik yang kehidupannya berubah drastis setelah sebuah kecelakaan di S.T.A.R. Labs memberinya kecepatan super. Dari sinilah, Barry kemudian menjelma menjadi pahlawan super berkostum, The Flash, yang berdedikasi melindungi kota Central City dari berbagai ancaman, baik manusia biasa maupun metahuman dengan kekuatan luar biasa.
Musim pertama “The Flash” memperkenalkan kita kepada Barry Allen (diperankan oleh Grant Gustin) sebelum dan sesudah transformasinya. Sebelum menjadi The Flash, Barry adalah seorang ilmuwan forensik yang cerdas namun sedikit kikuk, masih dihantui oleh trauma masa kecil ketika ibunya dibunuh secara misterius dan ayahnya dituduh sebagai pelaku. Ledakan akselerator partikel di S.T.A.R. Labs tidak hanya mengubah Barry, tetapi juga menciptakan gelombang metahuman di Central City. Dengan bantuan tim di S.T.A.R. Labs yang terdiri dari Dr. Harrison Wells, Caitlin Snow, dan Cisco Ramon, Barry belajar mengendalikan kekuatannya dan mulai memerangi kejahatan.
Pada musim ini, kita diperkenalkan dengan berbagai penjahat metahuman yang menguji kemampuan dan moralitas Barry. Namun, ancaman terbesar datang dari sosok yang sangat dekat dengan Barry, mentornya sendiri, Harrison Wells. Seiring berjalannya waktu, Barry dan timnya mengungkap rahasia gelap Wells: ia sebenarnya adalah Eobard Thawne, Reverse-Flash, musuh bebuyutan Flash dari masa depan. Thawne datang ke masa lalu dengan tujuan membunuh Barry kecil, namun gagal dan malah membunuh ibu Barry. Motivasinya untuk tetap berada di masa kini adalah untuk kembali ke masa depannya, dan ia memanfaatkan Barry untuk mencapai tujuan tersebut. Puncak musim pertama adalah konfrontasi epik antara Flash dan Reverse-Flash, yang berakhir dengan pengorbanan Eddie Thawne, leluhur Eobard. Pengorbanan Eddie menghapus Eobard dari garis waktu, namun juga menciptakan singularitas besar yang membuka jalan cerita untuk musim berikutnya.
Musim kedua membawa ancaman dari dimensi lain. Singularitas yang tercipta membuka portal ke Earth-2, dan dari sana muncul speedster jahat bernama Zoom. Zoom memiliki tujuan untuk mengeliminasi semua speedster di seluruh multiverse, termasuk The Flash. Untuk menghadapi ancaman ini, Barry bertemu dengan Jay Garrick, Flash dari Earth-2, yang ternyata adalah versi Bumi-3 dari ayah Barry, Henry Allen. Musim ini penuh dengan intrik multiverse dan perjalanan antar dimensi. Barry belajar lebih banyak tentang Speed Force dan memperluas cakupan operasinya di luar Central City. Sayangnya, musim ini juga diwarnai dengan tragedi ketika Zoom membunuh ayah Barry, Henry Allen. Namun, Barry berhasil mengalahkan Zoom pada akhirnya. Dipenuhi dengan kesedihan dan keinginan untuk mengubah masa lalu, Barry membuat keputusan impulsif untuk kembali ke masa lalu dan menyelamatkan ibunya dari Reverse-Flash, sebuah tindakan yang memiliki konsekuensi besar.
Keputusan Barry untuk mengubah masa lalu di musim kedua memicu alur cerita “Flashpoint” di musim ketiga. Dalam realitas alternatif ini, Barry tidak pernah menjadi The Flash, kedua orang tuanya hidup, dan kehidupan semua orang di sekitarnya berubah secara signifikan. Namun, Barry menyadari bahwa “Flashpoint” bukanlah realitas yang lebih baik dan memutuskan untuk mengembalikan garis waktu seperti semula. Sayangnya, usahanya tidak sepenuhnya sempurna, dan kembalinya ke garis waktu utama membawa perubahan yang tidak diinginkan, termasuk munculnya Savitar, speedster dewa yang sangat dendam pada Barry. Savitar adalah sisa waktu Barry dari masa depan, tercipta karena trauma dan kesedihan yang dialaminya di masa depan. Musim ini berfokus pada upaya Barry untuk mengubah masa depan setelah ia secara tidak sengaja melakukan perjalanan waktu dan melihat Iris West, wanita yang dicintainya, dibunuh oleh Savitar. Dalam upaya putus asa untuk menyelamatkan Iris, Barry melakukan segala cara, termasuk menciptakan sisa waktu dirinya sendiri dan akhirnya menghadapi Savitar dalam pertempuran klimaks. Setelah berhasil menyelamatkan Iris dan mengalahkan Savitar, Barry memutuskan untuk menebus kesalahannya menciptakan “Flashpoint” dengan memasuki Speed Force, meninggalkan Central City dalam perlindungan timnya.
Musim keempat dimulai dengan upaya tim Flash untuk membawa Barry kembali dari Speed Force. Setelah berhasil, mereka menghadapi ancaman baru, Clifford DeVoe, yang dikenal sebagai The Thinker. DeVoe adalah seorang jenius dengan pikiran tercepat di dunia, yang merencanakan untuk “mencerahkan” umat manusia dengan cara menghapus emosi dan individualitas. Musim ini berfokus pada strategi dan kecerdasan karena The Thinker selalu selangkah lebih maju dari tim Flash. DeVoe menciptakan 12 metahuman baru dari bus kota yang terpapar materi gelap saat Barry kembali dari Speed Force, dan ia secara sistematis mengumpulkan kekuatan mereka untuk mencapai tujuannya. Setelah perjuangan panjang dan rumit, tim Flash berhasil mengalahkan DeVoe. Di akhir musim ini, kejutan muncul dalam bentuk Nora West-Allen, putri Barry dan Iris dari masa depan, yang datang ke masa kini untuk bertemu orang tuanya dan mencari bantuan.
Kehadiran Nora dari masa depan di musim kelima membawa konsekuensi yang tak terduga. Tim Flash mengetahui bahwa tindakan Nora telah mengubah garis waktu dan memicu kemunculan Cicada, seorang pembunuh berantai yang menargetkan metahuman. Selain itu, sisa-sisa rencana DeVoe menyebabkan benda-benda biasa terinfeksi materi gelap dan berubah menjadi Meta-Tech yang berbahaya. Musim ini juga mengungkap bahwa Nora bekerja sama dengan Eobard Thawne yang dipenjara di masa depan. Thawne-lah yang memanipulasi Nora untuk datang ke masa lalu untuk kepentingannya sendiri. Thawne melatih Nora diam-diam dan merencanakan pelariannya. Barry dan Nora bekerja sama untuk menghentikan Cicada dan Meta-Tech, dan akhirnya berhasil menaklukkan Thawne yang melarikan diri. Namun, kemenangan ini datang dengan harga mahal, karena Nora akhirnya dihapus dari garis waktu karena perubahan yang telah ia lakukan.
Musim keenam membawa perubahan signifikan dalam cerita. Barry dan Iris mengetahui bahwa krisis yang seharusnya terjadi di masa depan telah dimajukan menjadi Desember 2019, dan untuk menyelamatkan miliaran jiwa, The Flash harus mati. Sementara itu, Ramsey Rosso, seorang dokter, menemukan cara untuk menyembuhkan orang melalui materi gelap, namun malah mengubah dirinya menjadi metahuman haus darah yang brutal. Setelah Rosso dikalahkan dan Barry selamat dari Crisis yang menghancurkan dan menciptakan kembali multiverse, tim Flash harus beradaptasi dengan dunia pasca-Crisis. Ancaman baru muncul dari organisasi rahasia Black Hole dan Eva McCulloch, seorang insinyur quantum yang terjebak di Dimensi Cermin. Eva menggunakan teknologi cermin untuk melancarkan rencananya, menculik Iris, Kamilla, dan Kapten Singh dan menggantinya dengan duplikat cermin untuk mengacaukan Tim Flash.
Musim ketujuh melanjutkan perjuangan tim Flash melawan Eva McCulloch dan duplikat cerminnya. Tim berhasil mengalahkan Eva dan menyelamatkan Iris, Kamilla, dan Singh dari Dimensi Cermin. Sebagai efek samping serangan Eva, Caitlin dan Frost terpisah menjadi dua tubuh yang berbeda. Musim ini juga memperkenalkan kekuatan baru, yaitu Strength Force, Sage Force, dan Still Force, yang terlahir dari efek Speed Force yang baru diciptakan. Selanjutnya, tim Flash terlibat dalam Perang Godspeed, di mana Barry bertemu kembali dengan putrinya dari masa depan, Nora, dan bertemu dengan putranya dari masa depan, Bart Allen. Dalam upaya mengalahkan Godspeed, Barry bahkan sempat bersekutu dengan Eobard Thawne yang dihidupkan kembali. Setelah Godspeed dikalahkan, Thawne kembali melarikan diri, bersumpah untuk menjadi lebih cepat dari Barry.
Musim kedelapan dibuka dengan acara lima bagian “Armageddon”. Thawne memanipulasi situasi sehingga Barry menjadi target Despero, makhluk kosmik yang mengklaim bahwa Barry akan menghancurkan Bumi pada tahun 2031. Barry kemudian terjebak dalam garis waktu “Reverse-Flashpoint” buatan Thawne, di mana ia menjadi Reverse-Flash dan Thawne menjadi Flash. Dengan bantuan Damien Darhk, Barry berhasil mengembalikan garis waktu asli, mencegah kematian Joe West, dan melucuti kekuatan Thawne sebagai hukuman. Musim ini juga menghadirkan ancaman Deathstorm, yang kekalahannya harus dibayar mahal dengan kematian Frost. Barry juga bertemu dengan Meena Dhawan, speedster baru yang mendapatkan kekuatannya dari sisa waktu Thawne yang dihidupkan kembali. Tim Flash menghadapi kekuatan negatif dari Strength, Sage, dan Still Force, yang menggunakan Iris untuk menghidupkan kembali Thawne dalam tubuh sisa waktunya. Namun, mereka berhasil dikalahkan, dan Thawne kembali dihapus dari garis waktu.
Musim kesembilan dan terakhir dari “The Flash” dibuka dengan tim Flash bekerja sama dengan mantan musuh untuk mengalahkan Red Death, yang ternyata adalah Ryan Wilder dari Bumi alternatif. Ramsey Rosso kembali dan mencoba menginfeksi multiverse yang baru diciptakan, tetapi Barry berhasil menghentikannya dengan bantuan Oliver Queen, John Diggle, dan Wally West. Eddie Thawne, yang secara misterius dihidupkan kembali dengan ingatan palsu, dipilih sebagai avatar baru Negative Speed Force dan menjadi speedster Cobalt Blue. Eddie membawa kembali Eobard, Zoom, Savitar, dan Godspeed untuk melawan tim Flash, namun akhirnya ia mundur dan membentuk gencatan senjata dengan Barry. Serial ini berakhir dengan kelahiran Nora, putri Barry dan Iris, dan Barry memilih Avery Ho, Max Mercury, dan Jess Chambers untuk menjadi speedster baru, memastikan warisan The Flash akan terus hidup.