
Karakter utama di Talentless TAKANO adalah Takano Tsumeko. Dari luar, Takano adalah definisi dari wanita karir ideal. Penampilannya selalu rapi, suaranya tenang dan meyakinkan, serta pembawaannya penuh percaya diri. Bahkan, karena kesan kompeten yang kuat ini, ia dengan mudah lolos wawancara kerja di perusahaan tempatnya bekerja saat ini. Siapa sangka, dibalik aura profesional itu, Takano menyimpan sebuah rahasia besar: ia benar-benar tidak berbakat.
Bayangkan saja, seorang pekerja kantoran tidak bisa menyalakan komputer, tidak tahu cara menggunakan mesin fotokopi, bahkan hal-hal dasar perkantoran lainnya terasa asing baginya. Namun, ajaibnya, kekurangan ini tertutupi oleh kemampuannya yang luar biasa dalam bernegosiasi dengan klien. Dengan kepercayaan diri dan pembawaannya yang meyakinkan, Takano berhasil memenangkan hati klien dan menandatangani kontrak demi kontrak. Ia benar-benar andal dalam hal yang seharusnya menjadi inti pekerjaannya, namun payah dalam hal-hal teknis dasar.
Di sisi lain, ada Hiwada Michito, seorang karyawan baru yang masuk perusahaan bersamaan dengan Takano. Berbanding terbalik dengan Takano, Hiwada sebenarnya sangat kompeten dan mahir dalam pekerjaannya. Sayangnya, kesan pertama yang ia berikan justru sebaliknya. Hiwada terlihat kurang percaya diri dan seringkali diremehkan. Takdir kemudian mempertemukan mereka dalam satu tim. Hiwada, yang sebenarnya andal, terpaksa bekerja sama dengan Takano yang “talentless” namun penuh pesona. Dari sinilah kekocakan dan dinamika menarik dalam drama ini dimulai.
“Talentless TAKANO” menyajikan komedi yang segar dan ringan. Humornya dibangun dari kontradiksi karakter Takano dan situasi-situasi konyol yang ia hadapi akibat ketidakmampuannya. Interaksi antara Takano dan Hiwada juga menjadi daya tarik tersendiri, menghadirkan dinamika rekan kerja yang unik dan menghibur. Drama Jepang ini cocok bagi kamu yang mencari tontonan santai untuk melepas penat setelah seharian beraktivitas. Siap-siap dibuat gemas dengan tingkah laku Takano dan tertawa terpingkal-pingkal melihat kekacauan yang ia timbulkan, namun tetap kagum dengan “bakat” uniknya yang lain.