
Pulse.” Serial ini membawa kita ke jantung ruang gawat darurat sebuah rumah sakit yang sibuk, di tengah badai cuaca ekstrem yang menambah tekanan baik di dalam maupun di luar gedung. “Pulse,” sebagai serial Netflix terbaru, menawarkan intrik, drama personal, dan ketegangan medis yang akan membuat Anda terpaku di depan layar.
Di pusat pusaran emosi dan tantangan profesional ini, kita diperkenalkan kepada Dr. Danielle “Danny” Simms (diperankan oleh Willa Fitzgerald), seorang residen tahun ketiga yang ambisius. Sejak awal, Danny diposisikan sebagai tokoh utama. Kilasan balik masa lalunya yang disajikan dengan sentuhan sepia dan iringan suara detak jantung menjadi ciri khas dan mengisyaratkan kompleksitas karakternya. Bersama sahabatnya, Dr. Sam Elijah (Jessie T. Usher), Danny memiliki aspirasi untuk menjadi kepala residen. Namun, ambisi ini sedikit terhambat dengan kehadiran Dr. Xander Phillips (Colin Woodell), seorang residen kepala saat ini yang juga berasal dari keluarga kaya dan memiliki ibu yang cukup dominan. Meskipun persaingan terasa kental, Danny dan Sam sepakat untuk tetap profesional dan mendukung siapa pun yang terpilih nanti.
Situasi semakin rumit ketika terungkap bahwa Danny telah melaporkan Xander ke departemen SDM atas dugaan pelecehan seksual. Alur cerita ini dibangun secara perlahan dan terkesan samar di awalnya, bahkan beberapa flashback dan tindakan Xander justru menimbulkan pertanyaan mengenai kebenaran tuduhan tersebut. Penonton dibiarkan bertanya-tanya dan membentuk opini sendiri. Meskipun dalam status diskors karena penyelidikan, Xander justru dipanggil kembali untuk membantu menangani lonjakan pasien akibat badai. Yang lebih mengejutkan, Dr. Natalie Cruz (Justina Machado), kepala unit dan sosok mentor yang mirip dengan Miranda Bailey di “Grey’s Anatomy,” menunjuk Danny sebagai kepala residen sementara. Keputusan ini tentu saja menimbulkan kebingungan dan pertanyaan di antara staf rumah sakit.
Meski hubungan antara Danny dan Xander menjadi salah satu fokus utama cerita “Pulse,” sebenarnya bukan ini yang paling menarik dari serial ini. Dinamika personal mereka, yang penuh dengan masalah yang belum terselesaikan, terkadang terasa melelahkan dan kurang menggigit. Meskipun Fitzgerald dan Woodell memiliki chemistry yang cukup baik, intensitasnya tidak sampai pada level yang membuat penonton benar-benar terbawa emosi seperti hubungan ikonik Meredith-McDreamy.
Untungnya, “Pulse” menawarkan lebih dari sekadar drama cinta segitiga. Dr. Tom Cole (Jack Bannon), seorang residen bedah yang tampan dan menjadi idola rumah sakit, terlibat hubungan asmara dengan Cass Himmelstein (Jessica Rothe), seorang kepala perawat yang cerdas dan tahu banyak tentang seluk-beluk rumah sakit. Namun, Tom juga terlihat bermain mata dengan Nia Washington (Ash Santos), seorang petugas paramedis yang energik.
Drama keluarga juga mewarnai “Pulse.” Danny memiliki hubungan yang rumit dengan adik perempuannya, Dr. Harper Simms (Jessy Yates), yang juga seorang residen tahun kedua. Harper menyimpan kekesalan terhadap Danny terkait masalah mereka dengan ayah mereka. Seolah kurang, kita juga diperkenalkan dengan Sophie Chan (Chelsea Muirhead), seorang intern bedah yang serius dan awalnya merasa terganggu dengan kehadiran Camila Perez (Daniela Nieves), seorang mahasiswa kedokteran baru yang ceria. Namun, seiring waktu, potensi persahabatan di antara mereka mulai terlihat. Dr. Cruz, di sisi lain, juga memiliki kekhawatiran pribadi terkait putrinya, meskipun detailnya belum banyak diungkap. Di atas mereka semua, hadir Dr. Ruben Soriano (Nestor Carbonell), seorang ahli bedah senior bijaksana yang menjadi sosok “Yoda” di rumah sakit, memberikan nasihat dan arahan ketika dibutuhkan.
“Pulse” tak hanya menyajikan drama medis di permukaan, namun juga menyelami dinamika internal sebuah rumah sakit. Serial ini menggambarkan bahwa di balik tirai profesionalisme dan kepiawaian medis, terdapat intrik, gosip, keluarga disfungsional, tensi seksual, dendam terpendam, perebutan kekuasaan, dan kompetisi sengit antar dokter. “Pulse” seolah mengonfirmasi stereotip tentang drama rumah sakit—atau mungkin realita rumah sakit—bahwa tidak ada yang lebih menarik daripada kesempatan untuk melakukan operasi. Bahkan, dialog-dialog panas yang terjadi di ruang operasi terkadang membuat pasien patut bersyukur karena dalam keadaan tidak sadar.
Namun, di balik semua drama dan intrik tersebut, “Pulse” pada akhirnya menampilkan sisi humanis para dokter. Mereka adalah orang-orang yang peduli, terkadang terlalu peduli, dan saling peduli satu sama lain. Seperti yang dikatakan Harper, “Saya dokter, saya melindungi orang.” Pernyataan ini bukan hanya tentang pasien, tapi juga tentang kolega dan orang-orang di sekitar mereka. Danny sendiri menghabiskan banyak waktu untuk meragukan dirinya sendiri, mempertanyakan apakah dirinya cukup baik dan apakah ia dianggap cukup baik oleh orang lain.