
Dying for Sex” mengajak kita mengikuti kisah Molly, seorang terapis paliatif yang divonis kanker stadium akhir. Alih-alih pasrah dan fokus pada perawatan, Molly justru mendapatkan pencerahan dari terapisnya. Sebuah pertanyaan sederhana tentang bucket list membukakan matanya: ia ingin memprioritaskan seks dan merasakan kenikmatan hidup yang sesungguhnya sebelum terlambat.
Keputusan besar pertama Molly adalah meninggalkan suaminya yang baik hati namun terasa hambar dalam pernikahan. Trauma kanker yang dialaminya membuat sang suami menjauh secara fisik, dan Molly merasa kebutuhan seksualnya terabaikan. Langkah selanjutnya, dan mungkin yang terpenting, adalah meminta sahabat terbaiknya, Nikki, untuk menjadi caregiver utamanya. Nikki, tanpa ragu sedikit pun, langsung menerima permintaan tersebut. Dari sinilah petualangan Molly dimulai.
Salah satu daya tarik utama “Dying for Sex” adalah kejujurannya. Serial ini tidak malu-malu membahas seksualitas, bahkan di tengah kondisi yang pelik. Molly, diperankan dengan apik oleh Michelle Williams, digambarkan sebagai wanita yang tiba-tiba memiliki gairah seksual yang membara setelah terapi hormonnya memberikan efek sebaliknya. Ia bahkan blak-blakan mengakui bahwa selama ini ia belum pernah merasakan orgasme dengan pasangan. Keinginan kuat untuk merasakan pengalaman itu sebelum meninggal menjadi salah satu pendorong utama aksinya.
Meskipun ada beberapa bumbu dramatisasi untuk kebutuhan cerita, seperti yang diungkapkan oleh Carlyn Boyer (sahabat asli Molly Kochan yang menjadi inspirasi karakter Nikki), serial ini tetap setia pada inti kisah nyata Molly. Keinginan Molly untuk menjelajahi seksualitasnya tidak hanya soal hasrat fisik semata, tetapi lebih dalam dari itu. Ini adalah tentang merebut kembali kendali atas tubuhnya, merasakan hidup sepenuhnya, dan mendefinisikan ulang dirinya sendiri di tengah ketidakpastian.
Petualangan kencan online Molly pun menjadi bagian yang menarik dan kadang menggelitik dari serial ini. Ia bertemu dengan berbagai pria dengan preferensi seksual yang unik, bahkan ekstrem. Sosok pria yang ingin diperlakukan seperti anjing peliharaan, misalnya, menjadi salah satu contohnya. Meskipun beberapa kejadian dibesar-besarkan untuk kepentingan dramatis, esensi dari pengalaman Molly berkencan dengan berbagai pria nyeleneh tetap dipertahankan.