Melangkah Melampaui Luka: Refleksi dalam ‘Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti’
Dalam ranah penceritaan yang menghanyutkan, hadir sebuah potret keluarga berjudul “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti”. Kisahnya berpusat pada Yasmin, seorang perempuan yang mengelola sebuah penginapan bernama De’Jasmine Inn, tak sendiri, ia ditemani oleh Darto, sosok pria yang telah dianggapnya selayaknya ayah sendiri. Kehidupan mereka mengalir dalam harmoni yang mapan, hingga sebuah kejadian mengubah segalanya.
Ketenangan itu terusik saat Hardiman, ayah kandung Yasmin yang seorang penari legendaris, kembali setelah sekian lama menghilang. Kepulangan ini membawa tantangan besar, sebab Hardiman kini hadir dengan kondisi demensia, merenggut sebagian ingatannya. Yasmin harus belajar menerima kehadiran sang ayah yang kini berbeda, sebuah proses adaptasi yang tidak mudah.
“Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti” menggali lebih dalam pergulatan batin Yasmin. Ia tidak hanya berjuang merawat Hardiman, tapi juga berusaha keras memulihkan ingatan sang ayah, sembari menata ulang dinamika keluarga yang baru. Di sisi lain, kehadiran Hardiman turut mempengaruhi Darto, menimbulkan perasaan yang mungkin merasa tersisihkan.
Lapisan kompleksitas semakin tebal saat sebuah foto lama yang robek, dengan tulisan “Cinta tidak harus memiliki”, memicu pertanyaan besar di benak Yasmin. Perjalanannya menelusuri kebenaran di balik foto tersebut perlahan mengungkap rahasia keluarga yang tersimpan rapat selama ini. Di tengah upaya memulihkan ingatan dan mengungkap misteri, film ini juga menyentuh jalinan hubungan yang rumit, sebuah cinta segitiga tak terduga antara Yasmin, Hardiman (dalam kondisinya yang rentan), dan Darto.
Mengambil inspirasi kuat dari pepatah “Patah tumbuh, hilang berganti”, narasi ini adalah perenungan tentang bagaimana setiap kehilangan bisa menjadi awal dari sesuatu yang baru. Yasmin dan keluarga berjuang untuk bangkit dari luka masa lalu, mencari cara untuk menemukan kembali kepingan kebersamaan yang sempat hilang. Dalam balutan cerita, “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti” tak lupa menyematkan kekayaan budaya Jawa, menampilkan adat dan tradisi yang masih mengakar kuat dalam kehidupan karakter-karakternya.
Lebih dari sekadar romansa atau drama keluarga biasa, “Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti” adalah sebuah kisah tentang ketahanan jiwa manusia, tentang bagaimana kita menghadapi keterbatasan, mengurai luka, dan menemukan kembali makna terdalam dari sebuah keluarga dan kehidupan itu sendiri.