Sinopsis Wide Open (1974)
Dalam era kebebasan seksual 1970-an, dari Swedia, muncullah sebuah film yang cukup berani, bahkan untuk ukuran zaman itu: Wide Open, atau yang lebih dikenal dengan judul aslinya, Sängkamrater. Film ini adalah contoh nyata dari “dosa Swedia” yang terkenal pada masa itu—gelombang film Swedia yang berani menampilkan adegan dewasa dan tema erotis, jauh sebelum negara lain berani melakukannya. Meskipun sekarang mungkin terlihat jinak, di masanya, Wide Open cukup kontroversial hingga dicekal di bioskop Norwegia! Ya, film ini memang nakal seperti dosa itu sendiri, dengan sentuhan vintage softcore yang khas era 70-an, namun tidak melampaui batas yang terlalu ekstrem.
Cuplikan awal film ini langsung membawa kita ke dalam kekacauan hidup Ollie (Åke Fridell). Kalah berjudi pacuan kuda, pria ini terkapar mabuk di selokan. Putranya, Paul (Kent-Arne Dahlgren), seorang sopir taksi yang tampan, harus menyeret ayahnya pulang. Di rumah, pemandangan yang lebih mengejutkan menanti: Marianne, kekasih Paul yang berjiwa bebas, berjalan telanjang bulat di sekitar rumah. Ollie yang masih linglung malah mengangkat Marianne dan memutar-mutarnya sebelum Paul menghentikan aksi gila ayahnya. Adegan pembuka ini saja sudah cukup untuk memberi gambaran betapa liar dan tak terduganya film ini.
Wide Open semakin menjadi-jadi ketika Paul dan Marianne menghadiri pesta aneh yang menampilkan pemutaran film pendek. Di sana, adik Marianne, Beryl, muncul dalam peran kecil. Di tengah pesta yang riuh dan panas, mata Paul jelalatan mencari mangsa baru. Ia menemukan seorang wanita pirang yang menarik perhatiannya, yang tentu saja membuat Marianne meradang dan merajuk di sofa. Namun, kejutan sesungguhnya terjadi keesokan paginya: Paul terbangun di ranjang bersama Marianne dan… Beryl! Dari sinilah, masalah yang lebih serius mulai terungkap. Beryl ternyata terjerat narkoba, dan Paul, entah mengapa, merasa harus turun tangan menyelamatkannya.
Mungkin Anda bertanya-tanya, apa sebenarnya yang membuat film ini menarik, selain adegan-adegan panas dan alur cerita yang campur aduk? Jawabannya mungkin terletak pada Christina Lindberg, aktris Swedia yang sangat ikonik di dunia film exploitation. Sebelumnya, sutradara Gustav Wiklund sudah pernah bekerja sama dengan Lindberg dalam film Exponerad (1971). Melihat kesuksesan film-film softcore semacam ini, Wiklund ingin mengulanginya untuk meraup keuntungan mudah. Sayangnya, popularitas Lindberg sudah melambung tinggi. Bayarannya pun ikut meroket, mencapai 15.000 krona Swedia per hari! Alhasil, Wiklund hanya mampu menyewa Lindberg selama dua hari saja.
Namun, Wiklund tahu betul bagaimana memanfaatkan waktu singkat ini. Lindberg dalam Wide Open praktis memainkan dirinya sendiri: seorang model telanjang yang sedang difoto. Meskipun perannya sebenarnya kecil, kehadirannya lah yang menjadi daya tarik utama dan alasan mengapa Wide Open masih dibicarakan hingga kini. Banyak yang setuju bahwa film ini pasti akan jauh lebih memukau jika Lindberg mendapatkan peran utama yang lebih besar.
Dari segi plot, Wide Open memang berantakan. Awalnya, film ini terasa seperti drama erotis yang berpusat pada keluarga disfungsional, memperkenalkan berbagai karakter yang kemudian menghilang begitu saja tanpa penjelasan. Di tengah kekacauan ini, kita disuguhi pesta ulang tahun yang eksentrik, sesi foto telanjang, dan tarian provokatif yang menggairahkan. Di pertengahan film, cerita tiba-tiba berbelok arah, menjadikan mantel bulu berisi narkoba sebagai inti plot, sebelum akhirnya semuanya berakhir dengan klimaks komedi yang terasa terburu-buru dan absurd. Seolah-olah, budget film habis di tengah jalan, memaksa Wiklund untuk membuat akhir cerita yang seadanya.
Meskipun demikian, Wide Open memiliki momen-momen yang menarik, dan sebagian besar momen tersebut melibatkan pesona Christina Lindberg yang memukau. Sebagai film softcore erotis, film ini cukup memuaskan, namun plotnya memang sangat lemah. Namun, justru ketidakpastian inilah yang membuat film ini sedikit menghibur. Kita tidak pernah tahu kejutan aneh apa lagi yang akan muncul selanjutnya. Wide Open memang tidak bisa dibilang film yang bagus, tapi juga tidak sepenuhnya buruk. Sebagai film erotis, standar panasnya mungkin sudah biasa di zaman sekarang, dan sebagai film thriller, fokusnya terlalu buyar untuk menjadi efektif.
Saat dirilis, Wide Open menerima kritik pedas dan dengan cepat dilupakan. Gulungan film asli berbahasa Swedia bahkan hilang, sehingga yang tersisa di pasaran hanyalah versi dubbing bahasa Inggris. Namun, kebangkitan kembali popularitas Christina Lindberg sebagai ikon cult—terutama berkat film Thriller – A Cruel Picture (1973) dan penghormatan Quentin Tarantino kepada karakternya dalam Kill Bill (2003)—telah membangkitkan kembali Wide Open dari kubur sinematik. Bagi para penggemar vintage softcore dan mereka yang penasaran dengan “dosa Swedia” era 70-an, Wide Open mungkin menawarkan pengalaman yang unik dan menghibur dalam kekacauannya. Siap untuk terhanyut dalam pusaran vintage softcore yang penuh kejutan ini?