Ungol: Bayangkan sebuah motel reyot di tengah kumuh, bukan tempat ideal untuk mencari ketenangan. Di sanalah seorang wanita buta menjadi nyonya rumah, atau lebih tepatnya, pendengar utama. Indranya yang lain diasah tajam, telinganya menjadi jendela satu-satunya ke dunia luar yang penuh warna, sekaligus dunia tersembunyi di balik dinding kamar motelnya. Setiap malam, dinding tipis motelnya bergetar oleh berbagai suara. Bukan suara TV atau musik, melainkan desahan dan erangan para tamu yang datang dan pergi mencari kesenangan sesaat.
Awalnya, suara-suara itu mungkin hanya kebisingan latar belakang. Namun, perlahan tapi pasti, suara-suara tersebut mulai meresap ke dalam dirinya. Detak jantungnya berpacu lebih cepat, napasnya sedikit tercekat. Sensasi aneh namun menggelitik mulai menjalar. Sang wanita buta itu menemukan dirinya terbangkitkan oleh suara-suara intim yang seharusnya tidak ia dengar. Setiap ungol napas, setiap rintihan kenikmatan, menjadi simfoni pembangkit gairah dalam kesunyian dunianya. Ia terperangkap dalam dunia suara yang erotis, di mana batas antara pendengar pasif dan partisipan aktif mulai kabur. Ungol menjadi jendelanya menuju sensualitas yang terpendam, hasrat yang membara di balik kegelapan matanya. Namun, bisakah hasrat yang terbangkitkan hanya dari suara ini membawanya pada sesuatu yang lebih nyata, atau justru menjerumuskannya ke dalam dunia fantasi yang berbahaya? Saksikan sendiri gejolak batin dan hasrat terpendam dalam film semi Filipina, Ungol.
Film Ungol ini menawarkan premis yang cukup menggelitik dan berani. Mengambil tema yang cukup unik, film semi ini mengeksplorasi hasrat dan seksualitas dari sudut pandang yang tidak biasa: seorang wanita buta yang terangsang oleh suara-suara kamar motelnya. Ini bukan sekadar film semi biasa yang mengumbar adegan ranjang. Ungol, film semi Filipina ini berani bermain dengan konsep suara sebagai pembangkit gairah utama. Kita diajak menyelami dunia seorang wanita yang dunianya adalah suara, dan bagaimana suara-suara “terlarang” itu membangkitkan sisi sensualnya yang mungkin selama ini terpendam.
