Film semi filipina dengan judul Top 1 menghadirkan kisah persaingan sengit di antara dua siswa paling cerdas. Azi dan Dex, dua nama yang selalu disebut dalam satu tarikan napas saat membahas siapa yang akan menjadi valedictorian tahun ini. Keduanya cerdas, ambisius, dan tidak kenal lelah. Namun, selalu ada satu nama di depan: Azi. Dex, yang terus-menerus berada di posisi kedua, merasakan beban frustrasi yang kian menumpuk. Setiap pencapaian Azi terasa seperti duri baginya, memicu keinginan untuk membalas atau setidaknya, menghentikan dominasi itu. Persaingan mereka bukan hanya di ruang kelas, tapi merambah ke setiap aspek kehidupan sekolah, menciptakan ketegangan yang terasa nyata.
Dalam upaya putus asa untuk memecah konsentrasi Azi, Dex merancang sebuah strategi yang berani dan penuh risiko: mendekat, memikat, dan membuatnya jatuh cinta. Idenya sederhana: Azi yang sedang dimabuk asmara tidak akan bisa fokus pada pelajaran, membuka jalan bagi Dex untuk merebut posisi puncak. Dengan perhitungan matang, Dex mulai melancarkan rayuan, menciptakan momen-momen kebersamaan yang awalnya terasa palsu demi tujuan utamanya.
Namun, seiring berjalannya waktu, rencana licik Dex mulai menunjukkan celah. Intensitas interaksi mereka, momen-momen privat yang tercipta di luar radar persaingan akademis, mulai membangun ikatan yang tak terduga. Kimia di antara Azi dan Dex perlahan menjadi sesuatu yang nyata, melampaui sekadar akting atau strategi. Mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain, sisi yang lebih rapuh, lebih manusiawi, dan – tak bisa dipungkiri – menarik. Ketegangan yang tadinya murni persaingan kini bercampur dengan ketegangan hasrat.
Di sinilah rencana Dex berubah menjadi pedang bermata dua. Semakin dalam Dex menarik Azi ke dalam permainannya, semakin kuat pula Dex sendiri terjerat. Perasaan yang awalnya hanya alat kini tumbuh menjadi sesuatu yang tak bisa dia kendalikan. Apakah Azi benar-benar jatuh cinta? Atau justru Dex yang terjebak dalam permainannya sendiri? Bagian ini menyajikan intrik emosional dan fisik yang semakin memanas, menunjukkan bahwa dalam permainan cinta dan persaingan, batas antara pemenang dan pecundang bisa sangat kabur. Film semi filipina Top 1 ini membawa penonton menyaksikan bagaimana ambisi bisa berujung pada keintiman yang rumit dan membahayakan, khas film semi yang berani.