The Wasp: Bayangkan sebuah kafe yang tenang, tempat dua wanita yang dulunya sahabat karib bertemu kembali setelah bertahun-tahun lamanya terpisah. Itulah awal dari kisah menegangkan dalam film “The Wasp”. Carla dan Heather, diperankan dengan apik oleh Natalie Dormer dan Naomie Harris, menghidupkan kembali kenangan masa lalu, namun di balik senyum dan sapaan hangat, tersembunyi bara api dendam dan rencana mengerikan. Heather, dengan lugas dan tanpa basa-basi, mengutarakan maksud tersembunyinya: ia meminta Carla untuk membunuh suaminya yang tidak setia. Permintaan yang mengejutkan ini menjadi pembuka dari rangkaian peristiwa yang akan menguji batas moral dan kewarasan kedua wanita ini.
Pertemuan kedua terjadi di apartemen Heather, sebuah ruang yang didekorasi dengan aneh, dipenuhi koleksi serangga yang diawetkan. Salah satu serangga, tarantula hawk, menjadi metafora yang kuat untuk menggambarkan rencana Heather. Ia menjelaskan bagaimana serangga ini melumpuhkan mangsanya dan memakannya hidup-hidup dari dalam, sebuah gambaran mengerikan yang seolah menjadi petunjuk bagi apa yang direncanakannya. Heather kemudian menunjukkan Carla sebuah booklet berisi informasi tentang Simon, suaminya, lengkap dengan foto-fotonya. Saat Carla melihat foto Simon, dunia seolah runtuh di sekelilingnya. Ia mengenali pria itu, Simon, sebagai pria yang pernah membayar dirinya untuk seks tanpa pengaman. Sebuah kilas balik yang menghantamnya dengan keras, mengungkap luka lama dan rasa malu yang selama ini dipendamnya. Tiba-tiba, kegelapan menyelimuti Carla. Heather, dengan keji, membius Carla dengan kloroform.
Carla terbangun dalam keadaan terikat dan mulutnya disumpal. Heather muncul, bukan lagi sahabat yang dulu dikenalnya, melainkan sosok yang dingin dan penuh perhitungan. Heather mengungkapkan rasa sakit hatinya, dendam yang membara akibat perlakuan Carla di masa lalu. Ancaman demi ancaman dilontarkan, bukan hanya kematian bagi Carla, namun juga ancaman yang lebih mengerikan: merebut anak Carla darinya. Heather bahkan mengklaim telah membunuh Simon, menambah kengerian situasi yang dihadapi Carla. Heather terus menerus memprovokasi Carla, mendorongnya hingga ke batas keputusasaan. Dalam puncak ketegangan yang tak tertahankan, Carla, yang merasa nyawanya terancam, secara impulsif menusuk Heather di dada dengan senjata yang entah bagaimana berhasil diraihnya. Saat itulah pintu terbuka, dan Simon muncul, memanggil nama Heather. Pemandangan terakhir sebelum layar menghitam adalah pintu yang terbuka ke ruang tamu, meninggalkan pertanyaan besar tentang nasib Carla, Heather, dan Simon. Akhir yang menggantung ini memaksa penonton untuk merenungkan sendiri akhir dari drama psikologis yang menegangkan ini. “The Wasp” bukan hanya sekadar thriller, namun juga sebuah studi karakter yang mendalam tentang trauma, dendam, dan batas-batas moralitas manusia.
“The Wasp” hadir sebagai sajian thriller psikologis yang intens dan memikat. Naomie Harris dan Natalie Dormer memberikan penampilan yang luar biasa, menghidupkan dinamika hubungan yang kompleks antara Carla dan Heather. Disutradarai dengan apik oleh Guillem Morales, film ini berhasil membangun atmosfer mencekam dengan dialog yang tajam dan plot yang penuh kejutan. Diadaptasi dari naskah drama, “The Wasp” terasa intim dan personal, memaksa penonton untuk terus bertanya dan menebak hingga detik terakhir.
