“Night of Open Sex“. Awalnya, mungkin Anda mengira film ini akan terjebak dalam klise film erotis tanpa cerita, mirip dengan film-film softcore lainnya. Namun, anggapan itu langsung terpatahkan. Film rilisan tahun 1983 ini, justru menawarkan petualangan yang tak terduga, liar, dan tentu saja, penuh dengan adegan-adegan panas yang menggoda. Sama seperti film sexploitation nyentrik lainnya, “Shining Sex“, Anda tak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dalam film ini. Satu hal yang pasti? Adegan-adegan seks yang membara akan terus menghiasi layar Anda.
Spoiler Alert! Bagi yang belum menonton, bersiaplah untuk sedikit bocoran cerita. Film ini berkisah tentang Moira (diperankan oleh Lina Romay yang sensual), seorang penari erotis yang dibayar mahal untuk menyamar dan mendapatkan informasi rahasia untuk sebuah organisasi misterius. Ternyata, banyak organisasi lain yang juga mengincar emas tersembunyi, dan Moira mendapati dirinya terjebak di tengah pusaran intrik dan situasi-situasi seksual yang sangat provokatif.
Aksi Romay di depan kamera memang tak perlu diragukan lagi. Tubuhnya yang aduhai benar-benar membius pandangan. Ia mampu menghidupkan Moira dengan daya pikatnya yang kuat. Namun, jujur saja, karakter Moira terasa agak satu dimensi. Begitu pula dengan para pemain pendukung lainnya. Mereka melakukan yang terbaik dengan materi yang ada, tapi sayangnya, karakter-karakter di film ini memang terasa kurang dalam.
Ceritanya? Jangan harap menemukan alur yang lurus dan mudah diikuti. “Night of Open Sex” ini memang agak “berantakan” dan terkadang sulit dicerna. Tapi justru di situlah letak keseruannya. Untuk ukuran film sexploitation, alurnya terbilang liar dan ambisius. Hanya saja, kadang kali cerita yang sudah mulai menarik, harus terinterupsi oleh adegan-adegan seks. Bukan berarti adegan seksnya buruk – justru itu daya tarik utama film ini – tapi terkadang membuat penasaran kelanjutan ceritanya sedikit terganggu. Anda akan terus bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi rasa penasaran itu seringkali “diredam” oleh gelombang erotisme yang tak henti-hentinya.
Soal kekerasan? Film ini memang menyajikan sedikit cipratan darah, tapi jangan berharap akan menemukan adegan sadis yang membuat jantung berdebar kencang ala film horor. “Night of Open Sex” lebih fokus pada godaan kulit dan keintiman sensual. Jadi, jika Anda mencari tontonan vintage softcore yang kaya akan adegan panas, maka film ini jelas akan memanjakan mata Anda.
Secara keseluruhan, “Night of Open Sex” adalah film sexploitation yang unik dan penuh kejutan, yang sayangnya kejutan-kejutan itu tidak selalu berkaitan dengan adegan seksnya. Kualitas Blu-ray dari Severin Films patut diacungi jempol, meskipun beberapa adegan masih menunjukkan sedikit grain. Namun, tetap layak untuk dikoleksi, terutama bagi penggemar berat karya-karya Jesús Franco.
