The Mouse Trap: Di tengah gemuruh mesin-mesin permainan dan lampu neon yang berkedip dengan ritme yang aneh di tengah keheningan malam, Alex menjalani shif malamnya yang terasa semakin panjang di sebuah arkade permainan. Malam itu seharusnya spesial, menandai ulang tahunnya yang ke-21, sebuah momen transisi menuju kedewasaan. Namun, bagi Alex, hanya ada rutinitas, deru mesin yang monoton, dan kelelahan setelah seharian bekerja. Ia terperangkap di belakang meja kasir, menyaksikan jam terus berdetak, menunggu shifnya berakhir.
Ketika jam menunjukkan waktu semakin larut dan pengunjung semakin sedikit, kejutan tak terduga terjadi. Sekelompok teman dekatnya, yang tahu dia terjebak di tempat kerja di malam penting ini, muncul di pintu masuk dengan riuh, membawa kue kecil dengan lilin menyala dan senyuman lebar. Mereka datang siap untuk merayakan momen penting ini bersamanya, meskipun di tempat yang tidak biasa, mengubah suasana arkade yang tadinya sepi menjadi penuh tawa dan keceriaan. Mereka menjelajahi arkade, mencoba beberapa permainan, mencoba membuat malam ulang tahun Alex seistimewa mungkin meskipun situasinya kurang ideal.
Namun, kebahagiaan itu hanya sesaat, bagai gelembung sabun yang pecah di udara. Suasana ceria mendadak tercabik oleh kehadiran sosok tak diundang yang menakutkan, muncul dari bayangan di antara deretan mesin pinball dan video game yang menyala. Seorang pembunuh misterius telah memasuki arkade, mengenakan kostum karakter tikus yang seharusnya menggemaskan dan identik dengan hiburan masa kecil, namun kini terlihat sangat menyeramkan, kotor, dan mengancam, dengan topeng kosong yang menatap dingin, menyembunyikan identitas mengerikan di baliknya.
Sang pembunuh tidak datang hanya untuk menakut-nakuti. Dia datang dengan tujuan yang lebih mengerikan: untuk bermain. Arkade yang tadinya tempat hiburan dan perayaan ulang tahun mendadak berubah menjadi arena perangkap, di mana Alex dan teman-temannya yang malang menjadi bidak dalam sebuah ‘permainan’ mematikan yang dirancang dengan penuh intrik sadis dan teror psikologis. Pintu keluar terkunci, telepon mati, dan setiap sudut arkade yang familier mendadak terasa asing dan penuh bahaya. Mereka tidak hanya diburu; mereka dipaksa untuk berpartisipasi dalam rencana kejam sang pembunuh.
Mereka tidak bisa lari; setiap jalan keluar diblokir. Mereka tidak bisa bersembunyi selamanya; sang pembunuh tampaknya menikmati perburuan ini dan tahu setiap sudut tempat itu dengan baik. Mereka terjebak, dipaksa untuk menghadapi tantangan dan teka-teki mematikan yang dilemparkan oleh sosok bertopeng itu, sambil nyawa mereka menjadi taruhannya. Setiap langkah salah, setiap keputusan buruk, bisa berarti akhir hidup bagi salah satu dari mereka. Ketakutan merayap, menguji ikatan persahabatan mereka hingga batas maksimal.
Film The Mouse Trap dengan efektif memanfaatkan latar arkade yang penuh warna kontras namun terasa claustrofobik untuk menciptakan suasana mencekam dan horor yang efektif. Ini adalah studi tentang bagaimana persahabatan dan keberanian diuji di bawah tekanan ekstrem, dan bagaimana naluri bertahan hidup dapat muncul bahkan pada orang yang paling tidak siap sekalipun ketika dihadapkan pada kengerian yang tak terbayangkan. Bagi Alex, malam ulang tahunnya yang ke-21 berubah menjadi mimpi buruk yang nyata, pertarungan putus asa melawan teror yang kejam dan tanpa ampun yang bersembunyi di balik topeng karakter yang sangat familier. Dia harus menemukan kekuatan di dalam dirinya untuk bertahan hidup, melindungi teman-temannya, dan mencari cara untuk mengalahkan pembunuh bertopeng yang menjadikan malam mereka sebagai permainannya. Akankah dia dan teman-temannya berhasil mengungkap identitas pembunuh ini dan keluar dari perangkap maut yang telah disiapkan, atau arkade ini akan menjadi saksi bisu dari sebuah perayaan yang berubah menjadi tragedi berdarah di malam ulang tahun Alex dalam film The Mouse Trap?
