“The Life List,” sebuah film drama komedi romantis Amerika Serikat tahun 2025, membawa kita menyelami perjalanan emosional Alex Rose setelah kehilangan ibunya. Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Lori Nelson Spielman, film yang ditulis dan disutradarai oleh Adam Brooks ini dibintangi oleh Sofia Carson, Kyle Allen, dan Connie Britton. Dirilis oleh Netflix pada 28 Maret 2025, film ini mengajak penonton merenungkan kembali arti impian masa kecil dan bagaimana pengejarannya dapat membawa kita ke arah yang tak pernah terbayangkan.
Kisah “The Life List” berpusat pada Alex Rose, seorang wanita muda yang hidupnya terasa cukup mapan, setidaknya dari luar. Namun, semua berubah ketika ibunya, Elizabeth, meninggal dunia setelah perjuangan melawan kanker. Warisan yang ditinggalkan Elizabeth bukanlah harta benda biasa, melainkan sebuah tantangan unik yang terangkum dalam sebuah “daftar kehidupan” – life list – yang pernah ditulis Alex saat berusia 13 tahun. Dalam wasiatnya, terungkap bahwa Alex harus menyelesaikan daftar impian masa kecilnya tersebut untuk membuka akses ke warisan yang sesungguhnya. Elizabeth, yang merasa khawatir Alex terjebak dalam kehidupan yang dijalani karena kewajiban semata, ingin mendorong putrinya untuk kembali mengejar apa yang benar-benar diinginkannya.
Tantangan ini dipandu oleh Brad Ackerman, seorang pengacara muda yang menjadi pelaksana wasiat. Brad bertugas memverifikasi penyelesaian setiap tugas dalam daftar tersebut, dan memberikan video pesan dari Elizabeth setelah setiap keberhasilan. Salah satu elemen kunci dari tantangan ini adalah “tes cinta sejati” empat poin yang harus dipenuhi Alex. Tes ini mengharuskan Alex untuk benar-benar membuka hatinya, menemukan seseorang yang baik, yang menginspirasinya untuk menjadi versi terbaik dirinya, dan seseorang yang dapat ia bayangkan sebagai ayah dari anak-anaknya kelak.
Awalnya, Alex menunjukkan daftar tersebut kepada pacarnya, Finn, namun respon Finn yang terlalu berorientasi pada bisnis justru mengecewakan Alex. Ia kemudian menerima tantangan ibunya dan memulai petualangan untuk menyelesaikan life list tersebut. Perjalanan ini membawa Alex keluar dari zona nyamannya. Mulai dari mencoba open mic night di klub komedi, menjadi sukarelawan mengajar di penampungan remaja, hingga belajar bermain piano klasik “Clair de Lune” untuk resital kelompok.
Dalam prosesnya, Alex bertemu dengan Garrett Taylor, koordinator penampungan remaja yang memberikan dukungan dan nasihat berharga. Hubungan mereka berkembang menjadi romantis, tetapi juga diuji oleh perbedaan pandangan dan ekspektasi. Selain itu, Alex juga menggali lebih dalam tentang masa lalu keluarganya, termasuk mengungkap fakta bahwa ayah kandungnya bukanlah pria yang selama ini ia kenal, melainkan seorang musisi bernama Johnny Alvarez. Pencarian ayah kandung ini membawanya ke Vermont bersama Brad, yang kehadirannya justru memunculkan perasaan baru dan tak terduga.
Perjalanan “The Life List” bukan hanya tentang menyelesaikan daftar impian masa kecil, tetapi lebih dalam lagi tentang penemuan diri, keberanian untuk berubah, dan arti keluarga yang sesungguhnya. Alex belajar untuk mendengarkan kata hatinya, menghadapi masa lalu, dan membuka diri terhadap cinta yang hadir dalam bentuk yang mungkin tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Pada akhirnya, warisan yang sesungguhnya bukanlah harta benda, melainkan pelajaran berharga tentang kehidupan dan cinta yang diberikan oleh ibunya. Film ini mengajak kita untuk merenungkan daftar kehidupan kita sendiri, dan berani mengambil langkah untuk mengejar impian yang mungkin terlupakan.