Film semi Filipina terbaru dari Vivamax yang berjudul Suki hadir dengan kisah yang menggigit tentang cinta dan godaan. Alkisah, ada sepasang kekasih yang profesinya sungguh unik dan berada di tepian dunia malam: satu adalah penari striptis, satunya lagi gigolo. Mereka saling mencintai, dan dalam gejolak pekerjaan mereka yang lekat dengan sentuhan fisik dan hasrat, mereka saling berjanji. Janji itu sederhana, namun berat: pekerjaan mereka yang penuh dengan klien dan transaksi tubuh, tak akan pernah merusak hubungan tulus yang mereka miliki.
Namun, dunia malam tempat mereka mencari nafkah itu adalah ujian yang sangat berat. Setiap malam, di kelab atau kamar hotel, mereka dikelilingi oleh hasrat orang lain, godaan yang tak henti-hentinya berbisik. Kontak fisik yang seharusnya hanya sebatas profesional – pelukan erat, sentuhan di kulit, bahkan ciuman panas – perlahan mulai merasuki pikiran dan hati mereka, di luar kendali. Dan seiring waktu, garis tipis antara pekerjaan dan perasaan pribadi semakin kabur.
Mereka mulai mempertanyakan janji suci yang pernah diucapkan. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk bertahan di tengah badai godaan ini? Setiap kali salah satu dari mereka kembali, ada bayang-bayang keraguan dan kecemburuan yang menghantui. Film Suki membawa penonton masuk ke dalam konflik batin mereka yang menguras emosi sekaligus membangkitkan hasrat. Bagaimana mereka menghadapi klien-klien yang menuntut lebih, yang ingin membeli tidak hanya tubuh tapi juga sedikit ilusi cinta? Bagaimana mereka melihat pasangan mereka berinteraksi dengan orang lain untuk uang?
Ketegangan seksual dan emosional membangun, mendorong hubungan mereka ke titik kritis. Suki bukan hanya tentang adegan panas semata, tapi juga potret pahit tentang bagaimana hasrat, kebutuhan finansial, dan godaan dunia malam bisa mengguncang pondasi sebuah hubungan yang awalnya terasa kokoh. Ini adalah kisah tentang kesetiaan yang diuji di sarang godaan.
