Stone Turtle adalah sebuah karya sinematik lintas negara (Malaysia-Indonesia) yang menyajikan perpaduan unik antara thriller, cerita rakyat, dan animasi, dengan latar sebuah pulau terpencil di pesisir Malaysia. Cerita berpusat pada Zahara, seorang wanita tanpa kewarganegaraan yang tinggal di pulau tersebut dan mencari nafkah dengan menjual telur penyu secara ilegal untuk bertahan hidup. Kehidupannya yang terisolasi dan penuh kesulitan berubah ketika seorang pria bernama Samad, yang mengaku sebagai peneliti universitas, datang ke pulau itu dan meminta bantuan Zahara untuk menunjukkan tempat penyu bertelur.
Kehadiran Samad yang misterius membawa dinamika baru dalam kehidupan Zahara. Ada ketertarikan sekaligus kecurigaan yang tumbuh di antara mereka. Namun, Stone Turtle bukanlah sekadar drama romantis atau thriller biasa. Film ini secara cerdik menganyam cerita rakyat lokal tentang makhluk penjaga pulau atau kutukan yang berkaitan dengan penyu ke dalam narasinya. Seiring hubungan Zahara dan Samad berkembang, kejadian-kejadian aneh dan surealis mulai terjadi, mengaburkan batas antara realitas, mitos, dan mungkin halusinasi. Film ini juga menggunakan segmen animasi yang indah untuk menceritakan legenda lokal atau mungkin merefleksikan keadaan batin Zahara. Ketegangan dibangun tidak hanya dari interaksi antara Zahara dan Samad yang penuh teka-teki, tetapi juga dari atmosfer pulau yang magis sekaligus mengancam. Stone Turtle mengeksplorasi tema identitas, keterasingan, eksploitasi alam, kekerasan, dan bagaimana cerita rakyat dapat menjadi cerminan dari realitas kehidupan yang keras. Ini adalah sebuah film arthouse yang puitis, penuh simbolisme, dan menantang interpretasi penonton.