Sisid Marino mengikuti kisah Jason, seorang penyelam mutiara yang hidup pas-pasan bersama istrinya, Lira, di sebuah desa tepi laut. Kehidupan mereka dihimpit kemiskinan yang mencekik, diperparat beban batin pasca kehilangan anak mereka. Tragedi itu meninggalkan luka mendalam, membuat hubungan Jason dan Lira terasa hambar, meskipun mereka terkadang mencari pelarian fisik dalam keintiman.
Pekerjaan Jason sebagai penyelam sangat berbahaya dan tak menentu penghasilannya, seringkali membuatnya pergi melaut untuk waktu yang lama. Di darat, Lira menghadapi kesendirian dan frustrasi finansial. Desakan kebutuhan dan kesepian memicu ketegangan dalam rumah tangga mereka. Situasi memanas ketika Dennis, teman Jason yang juga seorang penyelam, mulai sering berinteraksi dengan Lira.
Di tengah keputusasaan, Lira menemukan dirinya terjerat dalam hubungan yang rumit dan penuh gairah, bukan hanya dengan Dennis, tapi juga dalam situasi lain yang melibatkan eksplorasi hasrat dan tubuh demi bertahan hidup atau sekadar mencari kenyamanan sesaat. Adegan-adegan intim disajikan dengan berani, menggambarkan betapa jauhnya pasangan ini terdorong oleh keadaan. Film ini menyoroti bagaimana kemiskinan dan trauma dapat merusak ikatan perkawinan, memaksa karakter-karakter di dalamnya menghadapi pilihan sulit dan terjebak dalam pusaran keputusan yang panas dan berbahaya. Sisid bukan hanya tentang perjuangan ekonomi, tapi juga tentang eksplorasi batas-batas moral, kesetiaan, dan hasrat yang membara di tengah dinginnya realitas.
