Menembus Batas Realitas dalam Saranjana: Kota Ghaib
Sebuah perjalanan yang seharusnya penuh dengan euforia musik mendadak berubah menjadi mimpi buruk dalam Saranjana: Kota Ghaib. Cerita ini berpusat pada sebuah grup musik dari ibu kota yang sedang menjalani tur konser di salah satu wilayah di Kalimantan Selatan. Namun, di puncak kegiatan mereka, peristiwa tak terduga terjadi: sang vokalis, Shita, menghilang secara misterius tanpa meninggalkan jejak.
Kepanikan menyelimuti anggota band yang tersisa. Pencarian intensif pun dilakukan, dan dari informasi yang didapat dari penduduk lokal, muncul sebuah keyakinan yang mengejutkan. Shita dipercaya berada di Saranjana, sebuah kota yang selama ini dianggap gaib dan tak kasat mata oleh masyarakat setempat. Menariknya, Saranjana digambarkan bukan sebagai kota kuno atau terabaikan, melainkan sebagai entitas urban yang modern dan sangat maju.
Demi membawa kembali rekan mereka, para anggota band harus mengambil langkah ekstrem: memasuki Saranjana itu sendiri. Dikatakan bahwa akses menuju kota gaib tersebut hanya bisa ditembus melalui sebuah portal khusus yang konon terhubung dengan pohon tertentu. Misi ini bukanlah tanpa tantangan. Mereka diberi batas waktu yang sangat ketat, hanya tujuh hari. Jika dalam rentang waktu singkat itu mereka gagal menemukan Shita, mereka harus melepaskan harapan untuk melihatnya kembali.
Perjalanan memasuki Saranjana selama tujuh hari itu dipenuhi dengan ketegangan tingkat tinggi. Mereka akan dihadapkan pada berbagai teror mencekam dari makhluk-makhluk yang menghuni dimensi tersebut. Namun, di balik kengerian yang mereka alami, ada kejutan lain menanti. Saat akhirnya mereka berhasil melihat kondisi Saranjana, mereka dibuat tercengang oleh kemegahan dan modernitas kota gaib tersebut, sebuah pemandangan yang jauh dari bayangan mereka. Di tengah segala rintangan dan keterkejutan itu, misi utama mereka tetaplah satu: membawa pulang Shita sang vokalis, apa pun harga yang harus dibayar.