Film “Sampung Utos Kay Josh” menyajikan kisah Josh, seorang eksekutif pinjaman yang dikenal taat beragama dan sangat menjunjung tinggi ajaran Sepuluh Perintah Allah dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi Josh, kepatuhan pada prinsip-prinsip moral dan keagamaan tersebut adalah kunci kehidupannya yang damai dan penuh berkah. Ia meyakini bahwa segala kebaikan yang datang padanya merupakan buah dari imannya yang teguh.
Namun, pandangan Josh mulai terguncang ketika serangkaian kemalangan tak terduga mulai menimpanya. Satu per satu, masalah datang silih berganti, meruntuhkan stabilitas yang selama ini ia nikmati. Musibah-musibah ini membuat Josh merasa kebingungan dan terluka. Keyakinan bahwa ketaatannya akan melindunginya mulai goyah di hadapan kenyataan pahit yang ia hadapi. Josh merasa imannya tidak lagi memberikannya perlindungan, bahkan ia mulai merasa seolah-olah telah ditinggalkan.
Dilanda frustrasi dan kekecewaan yang mendalam akibat merasa dikhianati oleh keyakinan yang selama ini menjadi pedomannya, Josh mengambil keputusan yang mengejutkan dan radikal. Sebagai bentuk pemberontakan dan luapan rasa putus asa, ia memutuskan untuk melakukan hal yang paling tidak terpikirkan baginya sebelumnya: secara sengaja melanggar setiap dari Sepuluh Perintah Allah, satu per satu.
Film “Sampung Utos Kay Josh” kemudian mengikuti perjalanan Josh menapaki jalan yang berbeda sama sekali dari prinsip hidupnya. Setiap pelanggaran bukan sekadar tindakan semata, tetapi sebuah eksperimen terhadap batas moral dan keyakinannya. Narasi film mengeksplorasi konsekuensi dari tindakan-tindakan Josh, baik secara pribadi maupun terhadap orang-orang di sekitarnya. Ini adalah penelusuran tentang apa yang terjadi ketika seseorang yang sangat terikat pada aturan memutuskan untuk melepaskan diri darinya sepenuhnya. Film ini tampaknya mengajak penonton untuk merenungkan kompleksitas iman, moralitas, dan bagaimana seseorang bereaksi ketika pondasi kepercayaannya diuji oleh kerasnya realitas kehidupan.
