Ratu Dansa menyajikan sebuah cerita yang memadukan elemen perjalanan waktu, drama keluarga, dan nostalgia musik era lampau. Kisah berpusat pada Hana, seorang gadis remaja yang hidupnya terasa hampa setelah kematian ibunya, Debby. Hana merasa hubungannya dengan sang ayah, Bram, semakin renggang. Ia juga merasa tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Suatu hari, secara tak sengaja, Hana menemukan sebuah alat misterius—mungkin sebuah pemutar musik tua atau perangkat lain peninggalan ibunya—yang ternyata bisa membawanya kembali ke masa lalu, tepatnya ke era di mana ibunya masih remaja dan aktif sebagai penari di sebuah kompetisi.
Hana terlempar ke masa lalu dan bertemu dengan ibunya versi muda, Debby, yang ceria, penuh semangat, dan bercita-cita menjadi ‘Ratu Dansa’. Hana juga bertemu dengan Bram versi muda, ayahnya, yang saat itu adalah teman dekat Debby. Hana, dengan identitas samaran, mencoba mendekati ibunya dan memahami sosoknya lebih dalam, sesuatu yang tidak pernah bisa ia lakukan di masa kini. Ia melihat sisi lain dari ibunya yang penuh tawa dan ambisi, jauh dari sosok ibu yang ia kenal. Ratu Dansa mengeksplorasi perjalanan Hana di masa lalu. Ia mungkin ikut terlibat dalam persiapan kompetisi dansa, merasakan atmosfer kehidupan remaja pada era tersebut, dan bahkan mencoba memperbaiki hubungan antara Debby dan Bram muda, berharap bisa mengubah masa depan atau setidaknya memahami mengapa hubungan orang tuanya menjadi renggang di masa kini. Namun, tindakannya di masa lalu mungkin membawa konsekuensi tak terduga. Film ini adalah perpaduan antara fantasi perjalanan waktu, nostalgia musik dan tarian era tertentu, serta upaya seorang anak untuk memahami orang tuanya dan menemukan kembali koneksi keluarga yang hilang. Ratu Dansa adalah tentang kesempatan kedua, rekonsiliasi, dan penyembuhan luka melalui perjalanan melintasi waktu.