Primbon: Ketika Tradisi Berbenturan dengan Kepulangan yang Tak Terduga
Kisah persahabatan dan petualangan seringkali menyimpan liku-liku tak terduga, dan inilah yang menjadi pijakan awal dalam narasi yang terinspirasi oleh kepercayaan tradisional Primbon. Cerita ini berfokus pada persahabatan erat antara Rana dan Janu. Keduanya berbagi minat mendaki gunung, sebuah kegiatan yang menguji ketahanan fisik dan mental.
Namun, sebuah pendakian berubah menjadi bencana ketika cuaca buruk melanda. Di tengah hujan lebat, Rana dan Janu kehilangan arah, terperangkap dalam kondisi alam yang ekstrem. Janu, dengan susah payah, berhasil menemukan jalan kembali dengan selamat. Kelegaan atas kepulangannya segera berganti dengan kekhawatiran mendalam, sebab Rana menghilang tanpa jejak. Pencarian dilakukan, hari berganti minggu, dan harapan mulai memudar. Setelah seminggu berlalu tanpa kabar, keluarga dan orang-orang terdekat terpaksa merelakan dan menganggap Rana telah tiada.
Momen yang seharusnya menjadi penutup duka tiba-tiba terguncang. Saat keluarga Rana mengadakan tahlilan untuk mendoakan almarhumah, sebuah keajaiban—atau keanehan—terjadi. Rana tiba-tiba kembali ke rumah. Kebahagiaan meluap dari hati orang-orang terdekat seperti ibunya, Dina, ayahnya, Banyu, dan adiknya, Tari. Mereka menyambut kepulangan Rana yang dianggap mustahil dengan penuh sukacita dan rasa syukur.
Sayangnya, tidak semua anggota keluarga besar merasakan hal yang sama. Sebagian besar keluarga besar menyambut kepulangan Rana dengan penuh kecurigaan dan keresahan. Mengapa? Karena menurut pandangan Primbon, kembalinya seseorang yang telah dianggap meninggal dunia merupakan pertanda yang sangat tidak lazim dan penuh kejanggalan. Mereka melihat ini bukan sebagai kepulangan biasa, melainkan sesuatu yang melanggar tatanan atau kepercayaan yang diyakini turun-temurun.
Seiring waktu, kejanggalan yang dirasakan keluarga besar mulai termanifestasi menjadi serangkaian peristiwa mengerikan. Beragam teror dan kejadian aneh mulai bermunculan, mengincar bukan hanya anggota keluarga besar, melainkan juga Janu, sahabat yang selamat dari pendakian nahas tersebut. Ketakutan merayap di antara mereka, bertanya-tanya apa yang sebenarnya kembali bersama Rana.
Di tengah kebingungan dan ketakutan, seorang bude sepuh dalam keluarga memberikan penjelasan yang mengerikan. Ia menghubungkan rentetan peristiwa aneh dan teror ini dengan sebuah pelanggaran terhadap Primbon yang pernah terjadi di masa lalu. Entah pelanggaran apa itu, namun dampaknya kini kembali menghantui, dipicu oleh kepulangan Rana yang “janggal” menurut kacamata kepercayaan tradisional. Kisah ini pun bergulir menjadi perjuangan untuk memahami dan menghadapi kekuatan tak kasat mata yang terhubung dengan masa lalu dan keyakinan yang dipegang teguh.
