Judul Panduan Mempersiapkan Perpisahan mungkin terdengar seperti petunjuk praktis, namun kisah di baliknya justru menggambarkan kompleksitas hubungan yang tak bernama, dan perpisahan yang datang tanpa aba-aba. Cerita ini berpusat pada Bara dan Demi, dua insan yang menjalani hubungan yang telah terjalin selama bertahun-tahun, namun tanpa status yang jelas.
Kisah Bara dan Demi bermula dari sebuah pertemuan di galeri seni di Yogyakarta. Dari perjumpaan itu, kedekatan pun tumbuh. Bara dan Demi menemukan kenyamanan satu sama lain, bahkan saling merasa mencintai. Bagi Bara, kehadiran Demi memberikan warna baru dalam hidupnya, mengubah hari-harinya seperti musim semi, penuh makna dan keindahan sejak pertemuan mereka pertama kali.
Namun, layaknya musim yang berganti, hubungan mereka menghadapi ujian tak terduga. Suatu ketika, Demi tiba-tiba menghilang tanpa kabar, meninggalkan Bara dalam kebingungan dan ketiadaan penjelasan. Bara, yang terlanjur menaruh hati dan perasaannya pada Demi, harus berhadapan dengan kenyataan pahit: perpisahan tanpa kejelasan.
Hilangnya Demi tanpa sebab pasti menempatkannya dalam dilema yang berat: haruskah ia merelakan kepergian itu dan mencoba berdamai dengan rasa ditinggalkan, pada perpisahan yang tidak memberikannya kesempatan untuk memahami apa yang terjadi, atau terus menanti kepulangan yang entah kapan?
Melalui kisah Bara dan Demi, “Panduan Mempersiapkan Perpisahan” menggali lebih dalam tentang makna sebuah hubungan tanpa status, dan bagaimana menghadapi akhir yang tanpa kejelasan, meninggalkan pertanyaan: bagaimana seseorang benar-benar ‘mempersiapkan’ diri untuk perpisahan ketika tidak ada tanda-tanda awalnya?
