Menemukan Waktu yang Hilang dalam One Second Ahead, One Second Behind
Film “One Second Ahead, One Second Behind” membawa kita menyelami kehidupan Hajime, seorang pria di Kyoto yang tampaknya selalu satu detik di depan atau satu detik di belakang dalam momen-momen penting hidupnya. Bersama dengan Reika, yang lahir di hari yang sama, mereka tumbuh besar di kota yang sama, menghadapi lika-liku sekolah dengan nilai yang kurang memuaskan tapi tetap menjaga semangat ceria mereka. Namun, bagi Hajime, ada keanehan yang terus berulang sejak kecil: setiap kali diabadikan dalam foto kelulusan – SD, SMP, hingga SMA – matanya selalu terpejam. Seolah-olah, ada sesuatu yang esensial dari momen tersebut yang selalu luput darinya.
Setelah menyelesaikan masa sekolah, Hajime menjalani kehidupan yang stabil. Ia tinggal bersama adik perempuannya dan pasangannya, dan telah bekerja selama 12 tahun di sebuah kantor (yang kemudian lebih sering berinteraksi dengan kantor pos) di Kyoto. Di tempat kerja ini, Hajime punya reputasi unik, dijuluki “kecepatan liar” karena gaya berkendaranya yang cenderung kencang dan mengabaikan rambu lalu lintas – sebuah ironi, mengingat masalahnya dengan waktu. Ia bekerja bersama rekan-rekan seperti Ozawa dan Emily.
Suatu hari, garis hidup Hajime bersinggungan dengan Sakurako, seorang musisi jalanan yang kerap mengamen di bawah jembatan. Musik yang dibawakan Sakurako begitu memukau Hajime, menumbuhkan rasa kagum yang segera berubah menjadi ketertarikan. Hubungan mereka berkembang, dan Sakurako bahkan datang ke kantor pos tempat Hajime bekerja, membawakannya sebuah kaset musik. Di saat yang sama, Reika juga berada di kantor pos, namun kehadirannya tanpa disadari oleh Hajime. Momen ini terasa penting, menggambarkan betapa dekatnya mereka namun pada saat yang sama terpisah oleh ‘satu detik’ yang tak terlihat.
Puncaknya, Hajime memberanikan diri mengajak Sakurako berkencan untuk menonton pertunjukan kembang api, sebuah momen istimewa yang seharusnya menjadi kenangan indah. Namun, pagi harinya, Hajime terbangun dengan kenyataan pahit dan membingungkan: ia telah melewatkan seluruh momen kencan dan pertunjukan kembang api itu. Ia tidak ingat apa pun yang terjadi di malam tersebut.
Kebingungan ini membawanya pada penemuan tak terduga. Di etalase sebuah studio foto di kota, Hajime menemukan foto dirinya yang diambil pada hari yang seharusnya ia habiskan bersama Sakurako. Foto tersebut menjadi bukti visual atas waktu yang hilang, momen penting yang entah bagaimana terhapus dari ingatannya. Realisasi ini menusuknya; ia menyadari ada sesuatu yang fundamental telah hilang dari hidupnya, terlewatkan di tengah kesibukan rutinitas. Dorongan kuat muncul dalam diri Hajime untuk mencari tahu siapa fotografer yang mengambil potret misterius itu, berharap dapat mengungkap misteri di balik waktu yang raib. Untungnya, pemilik studio foto bersedia menolongnya, membuka jalan bagi Hajime untuk memulai pencariannya. Film “One Second Ahead, One Second Behind” pun menjelma menjadi sebuah perjalanan Hajime mengungkap rahasia waktu, ingatan, dan hal-hal penting yang seringkali terlewatkan dalam kehidupan sehari-hari.