Noktah Merah Perkawinan: Sebuah perjalanan rumah tangga yang telah terjalin selama sebelas tahun, lengkap dengan kehadiran dua buah hati, Bagas dan Ayu, nyatanya tak menjamin keutuhan abadi. Inilah potret yang diangkat dalam kisah Ambar (Marsha Timothy) dan Gilang (Oka Antara), pasangan sentral dalam Noktah Merah Perkawinan. Pernikahan mereka, yang seharusnya menjadi tempat paling aman, justru mulai menunjukkan retakan-retakan halus yang lambat laun melebar.
Salah satu sumber keretakan itu datang dari campur tangan pihak luar, dalam hal ini adalah orang tua mereka. Tekanan dan pengaruh dari keluarga besar seringkali menjadi ujian berat bagi kemandirian sebuah rumah tangga, dan Ambar serta Gilang merasakan dampaknya secara langsung.
Di tengah dinamika rumah tangga yang kian merenggang, Ambar menemukan pelarian dalam dunia keramik, mengajar workshop. Di sanalah ia bertemu dengan Yuli (Sheila Dara), salah satu muridnya. Yuli muncul dengan sosok yang mengagumi Ambar, namun di balik kekaguman itu, tersimpan perasaan lain yang tertuju pada Gilang.
Rumah tangga Ambar dan Gilang semakin terombang-ambing. Pertengkaran mulai menjadi rutinitas, namun bukan pertengkaran yang berujung pada penyelesaian, melainkan hanya menyisakan keheningan yang dipenuhi emosi dan jarak. Mereka memilih untuk saling berdiam diri, memendam luka dan kekecewaan masing-masing.
Dalam celah keretakan itu, Gilang mulai menemukan kenyamanan baru pada diri Yuli. Kehadiran Yuli seolah menawarkan suasana yang berbeda, udara segar dari rutinitas dan konflik yang membelit pernikahannya. Kedekatan Gilang dan Yuli ini, tentu saja, tak luput dari pandangan Ambar.
Ambar merasakan luka yang mendalam. Kehadiran Yuli bagai noda yang mengotori kanvas pernikahan yang rapuh. Rasa sakit hati itu mendorong Ambar pada titik kritis, mempertanyakan kembali fondasi pernikahannya. Apakah sebelas tahun kebersamaan, dua anak, dan cinta yang pernah ada, cukup kuat untuk mempertahankan semuanya?
Di puncak kekecewaan dan luka batin, Ambar dihadapkan pada sebuah pilihan berat. Ia mempertanyakan apakah pernikahannya memang layak untuk diperjuangkan dan diselamatkan, ataukah noda merah itu sudah terlanjur membesar hingga tak mungkin lagi dihapus. Kisah ini membawa penonton merenungkan bahwa cinta saja, seringkali, tidaklah cukup untuk menjaga sebuah hubungan tetap utuh di hadapan badai kehidupan.
