Di tengah gemerlap Los Angeles yang serba cepat, Newness membawa kita menyelami relung hubungan modern yang kompleks, dibentuk oleh aplikasi kencan dan budaya hookup. Martin, seorang apoteker yang baru bercerai, dan Gabriella, seorang asisten terapi fisik asal Spanyol, bertemu secara virtual di dunia aplikasi kencan yang penuh pilihan. Pertemuan pertama mereka di bar mengalir begitu saja, percakapan yang jujur dan koneksi yang instan membawa mereka ke hubungan yang intens dan cepat berkembang.
Gabriella pindah ke apartemen Martin, dan kehidupan mereka nampak seperti kisah romansa yang sempurna. Namun, kebahagiaan ini mulai terganggu ketika realitas kehidupan masa lalu Martin dan kerentanan emosional mereka berdua muncul ke permukaan. Kunjungan ke rumah orang tua Martin mengungkap luka lama dan rahasia keluarga yang belum terpecahkan. Ketidakpercayaan dan rasa ingin tahu Gabriella memicu pertengkaran, dan malam itu, keduanya tanpa sadar mencari pelarian di luar hubungan mereka.
Pengakuan perselingkuhan membuka babak baru dalam hubungan Martin dan Gabriella: hubungan terbuka. Eksperimen ini membawa mereka ke pesta-pesta mewah dan pertemuan-pertemuan kasual dengan orang lain. Namun, kebebasan yang mereka cari justru menguji batas emosi dan komitmen mereka. Gabriella semakin dekat dengan Larry, pria yang lebih tua dan mapan, sementara Martin bergulat dengan kenangan masa lalu dan perasaannya yang belum selesai terhadap mantan istrinya.
Ketika batasan-batasan mulai kabur dan intensitas emosi meningkat, Martin dan Gabriella harus menghadapi pertanyaan mendasar tentang cinta, keintiman, dan apa artinya menjadi “baru” dalam hubungan di era digital ini. Perjalanan mereka penuh gairah, kecemburuan, dan momen-momen introspeksi yang menyakitkan, memaksa mereka untuk menentukan apakah hubungan mereka dapat bertahan di tengah godaan dan kebebasan yang tak terbatas. “Newness” adalah cerminan jujur dan provokatif tentang kompleksitas cinta di zaman modern.
“Newness” adalah film yang sangat relevan dan menggugah pikiran, terutama bagi kita yang hidup di era digital ini. Film ini dengan berani mengeksplorasi dinamika hubungan modern yang seringkali dipengaruhi oleh teknologi dan budaya instan. Sutradara Drake Doremus berhasil menangkap nuansa kecemasan dan ketidakpastian yang sering menyertai pencarian cinta dan keintiman di dunia yang serba cepat ini.
Nicholas Hoult dan Laia Costa memberikan penampilan yang kuat dan meyakinkan sebagai Martin dan Gabriella. Keduanya mampu menghidupkan karakter-karakter yang kompleks dan rentan ini, membuat penonton ikut merasakan gejolak emosi dan kebingungan yang mereka alami. Chemistry di antara mereka terasa natural dan intens, membuat dinamika hubungan mereka semakin menarik untuk diikuti.
Film ini tidak takut untuk mengangkat isu-isu tabu seperti perselingkuhan dan hubungan terbuka. Namun, “Newness” tidak hanya sekadar sensasi. Film ini menggunakan isu-isu ini sebagai pintu masuk untuk membahas pertanyaan yang lebih dalam tentang komitmen, keintiman, dan apa yang kita cari dalam sebuah hubungan. Apakah kebebasan yang ditawarkan oleh hubungan terbuka benar-benar membawa kebahagiaan, atau justru mengikis esensi dari cinta sejati?
Salah satu kekuatan utama “Newness” adalah kejujurannya. Film ini tidak menyajikan jawaban yang mudah atau solusi yang instan. Sebaliknya, film ini mengajak kita untuk merenungkan kompleksitas hubungan dan menerima bahwa cinta di era modern ini seringkali penuh tantangan dan ketidakpastian. Pacing film ini mungkin terasa lambat bagi sebagian penonton, namun ini justru memberikan ruang bagi karakter untuk berkembang dan bagi penonton untuk benar-benar meresapi emosi yang ditampilkan.