Film drama Prancis berjudul Marguerite & Julien (2015) adalah sebuah karya yang mengharukan sekaligus mengusik jiwa. Disutradarai oleh Valérie Donzelli, film ini mengajak kita menyelami sebuah kisah cinta yang terlarang dan berujung tragis antara kakak beradik, Marguerite dan Julien de Ravalet. Diperankan dengan apik oleh Anaïs Demoustier sebagai Marguerite dan Jérémie Elkaïm sebagai Julien, film ini bukan hanya sekadar drama sejarah, namun juga sebuah potret mendalam tentang cinta, keluarga, dan tekanan sosial di abad ke-17.
Kisah ini dibuka dengan narasi dari seorang pengasuh panti asuhan yang menceritakan kembali desas-desus tentang Julien dan Marguerite de Ravalet, dua kakak beradik yang menjadi buronan karena hubungan incestuous mereka. Dari sinilah, kita dibawa mundur ke masa lalu untuk menyaksikan sendiri bagaimana jalinan cinta yang rumit ini tumbuh dan berkembang.
Sejak kecil, Marguerite dan Julien tumbuh bersama dalam ikatan persaudaraan yang sangat erat. Keakraban mereka tak hanya sebatas saudara, namun juga sahabat terbaik. Sebuah insiden saat berkuda, di mana Julien menyelamatkan Marguerite, memicu kecemasan dari Paman Abbot. Ia melihat ada yang “berbeda” dalam hubungan keduanya. Sang paman kemudian menyarankan ayah mereka, Jean de Ravalet, untuk mengirim Julien dan kakak laki-lakinya yang lain, Phillipe, belajar ke luar negeri. Alasan yang dikemukakan adalah agar Marguerite tidak mengganggu pendidikan mereka.
Enam tahun berlalu. Marguerite tumbuh menjadi gadis yang cantik dan anggun, namun ia menolak semua lamaran pernikahan. Hatnya terasa kosong dan ia lebih memilih kesendirian. Kepulangan Julien dan Phillipe membawa kebahagiaan tersendiri bagi Marguerite. Pertemuan kembali dengan Julien terasa begitu istimewa dan penuh kehangatan.
Orang tua mereka kemudian menjodohkan Marguerite dengan Marigny, seorang pria kaya raya yang memiliki kekurangan fisik namun berhati baik. Sayangnya, Marguerite tidak merasakan ketertarikan sama sekali pada Marigny. Julien pun menunjukkan rasa cemburu yang kentara terhadap pria tersebut.
Suatu malam, saat makan malam bersama Marigny, Julien berpamitan dan Marguerite mengikutinya. Inilah momen pertama mereka benar-benar berdua setelah sekian lama terpisah. Daya tarik di antara keduanya begitu kuat, sulit untuk diabaikan. Mereka mencoba menepis perasaan tersebut, enggan mengakui bahwa mereka saling mencintai dengan cara yang berbeda. Mereka justru terjebak dalam “permainan” yang semakin intim dan sensual, seolah mencari cara untuk merasakan getaran dan gejolak terlarang di antara mereka.
Kepergian mereka yang terlalu lama membuat orang tua mereka mencari. Mereka menemukan Julien dan Marguerite dalam keadaan setengah berpakaian. Kemarahan orang tua mereka tak terhindarkan. Mereka dihukum atas tindakan yang dianggap memalukan dan menyebabkan Marigny membatalkan pertunangan.
Meski dihukum, Marguerite dan Julien diam-diam bertemu. Marguerite memberanikan diri mengungkapkan perasaannya pada Julien. Julien membalas pengakuan cinta Marguerite, namun ia menolaknya. Marguerite mencoba menciumnya, namun Julien segera pergi, dilanda kebingungan dan konflik batin.
Tak lama kemudian, Marguerite dinikahkan dengan Lefevbre, seorang pemungut pajak kaya raya. Malam pertama mereka menjadi mimpi buruk bagi Marguerite. Ia mengunci Lefevbre di luar kamar tidur. Pernikahan tersebut dengan cepat berubah menjadi neraka. Lefevbre mulai melakukan kekerasan fisik pada Marguerite. Ia mencoba mencari bantuan dari orang tuanya, namun mereka justru memintanya untuk tetap bertahan dalam pernikahan.
Julien akhirnya mengetahui penderitaan Marguerite. Ia datang menolong dan membebaskan Marguerite dari siksaan Lefevbre dengan memukulinya dan membawa Marguerite pulang ke rumah. Malam itu, di tengah pelarian dan keputusasaan, Julien dan Marguerite menyerahkan diri pada perasaan mereka. Mereka melakukan hubungan intim untuk pertama kalinya.
Sayangnya, kebahagiaan singkat itu tidak bertahan lama. Seorang pembantu rumah tangga memergoki Julien di kamar Marguerite dan melaporkannya pada orang tua mereka. Ayah mereka awalnya ingin kembali mengirim Julien pergi, namun ibu mereka, yang melihat kebahagiaan sejati di mata anak-anaknya, memutuskan untuk membantu mereka melarikan diri secara diam-diam.
Namun, pelarian mereka tidak berjalan mulus. Lefevbre melaporkan Julien dan Marguerite atas tuduhan incest dan perzinahan. Mereka dinyatakan sebagai buronan. Setelah beberapa minggu melarikan diri, mereka tiba di Barfleur. Marguerite menyadari bahwa dirinya hamil. Ia menyamar sebagai pria untuk menyembunyikan identitasnya, namun pihak berwajib mendapatkan informasi tentang keberadaan mereka. Sebelum sempat melarikan diri ke Inggris dengan kapal, mereka berhasil ditangkap.
Di pengadilan, keduanya menyangkal tuduhan incest. Mereka berdalih melarikan diri karena Julien membantu Marguerite kabur dari suami yang abusive. Ayah mereka memohon kepada Raja Henri IV untuk mengampuni anak-anaknya, namun raja menolak. Incest dianggap sebagai dosa besar yang tidak bisa ditoleransi. Sementara itu, di penjara, Marguerite melahirkan seorang bayi laki-laki yang kemudian dititipkan di biara.
Di akhir persidangan, Julien dan Marguerite dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Marguerite memohon agar adiknya dibebaskan, berteriak bahwa dirinyalah yang bersalah, namun tak ada yang mendengarkannya.
Keesokan harinya, Julien dan Marguerite dibawa ke Place de Grève untuk dieksekusi. Julien dieksekusi terlebih dahulu. Marguerite meninggal dunia karena shock sebelum sempat dipenggal kepalanya. Setelah eksekusi tersebut, Chateau de Ravalet, kediaman keluarga mereka, ditinggalkan begitu saja.
Ayah dan kakak Julien dan Marguerite kemudian mengatur agar bayi Julien dikeluarkan dari biara secara diam-diam. Suster yang menyerahkan bayi tersebut mengungkapkan bahwa Marguerite memberi nama bayi itu Julien sebelum kematiannya. Keluarga de Ravalet meninggalkan tempat tersebut, membawa serta bayi Julien, meninggalkan kenangan tragis di balik kisah cinta yang terlarang ini.
Film Marguerite & Julien bukan hanya sekadar kisah cinta incestuous. Lebih dari itu, film ini adalah sebuah drama yang menyentuh tentang cinta yang murni namun terhalang norma dan aturan sosial. Akting memukau dari Anaïs Demoustier dan Jérémie Elkaïm berhasil membawa penonton merasakan gejolak emosi dan keputusasaan yang dialami Marguerite dan Julien. Film ini mengajak kita merenungkan kembali tentang batas-batas cinta, keluarga, dan pengorbanan. Jika Anda mencari sebuah drama sejarah yang kuat dan menguras emosi, Marguerite & Julien adalah pilihan yang tepat.