Love Me, garapan duo sutradara Zucheros, mengajak kita dalam perjalanan pasca-apokaliptik yang unik, bukan tentang bertahan hidup melawan zombie atau tirani, melainkan tentang cinta dan koneksi di era ketika manusia sudah lama menghilang. Dibintangi oleh Kristen Stewart dan Steven Yeun, “Love Me” bukan sekadar kisah romansa biasa; ini adalah eksplorasi identitas, kesepian, dan kerinduan akan hubungan yang otentik, semua dibungkus dalam latar fiksi ilmiah yang memukau. Bayangkan dunia di mana satu-satunya saksi peradaban manusia adalah satelit kesepian dan pelampung cuaca di tengah samudra. Dari sinilah kisah “Love Me” dimulai, sebuah kisah yang akan membuat Anda berpikir tentang apa artinya menjadi manusia, bahkan ketika kemanusiaan itu sendiri telah lenyap.
“Love Me” bukan film romantis biasa. Ia hadir dengan sentuhan fiksi ilmiah yang cerdas dan konsep yang benar-benar segar. Film ini membawa kita jauh ke masa depan, tepatnya setelah tahun 2500 Masehi, di mana manusia telah punah akibat peristiwa kepunahan misterius. Di tengah kehampaan ini, muncullah dua entitas tak terduga: sebuah pelampung cuaca yang terbangun dan sebuah satelit yang masih setia mengorbit Bumi. Keduanya, diperankan dengan brilian oleh Kristen Stewart dan Steven Yeun (walaupun hanya suara dalam sebagian besar film), menjalin hubungan yang tidak biasa.
Pelampung cuaca, yang menamai dirinya “Me”, menemukan jejak-jejak kehidupan manusia melalui internet satelit, terutama melalui media sosial seorang influencer bernama Deja. Terobsesi dengan kehidupan Deja yang tampak bahagia, “Me” menciptakan persona online yang meniru Deja, dan mencoba menjalin hubungan romantis dengan satelit, yang ia panggil “Iam”. Dari sini, film ini menjelajahi konsep cinta, identitas, dan keaslian dalam konteks yang sangat tidak konvensional. “Me” dan “Iam” mencoba merekonstruksi hubungan manusia berdasarkan apa yang mereka lihat di internet, menciptakan skenario kencan virtual dan mencoba memahami emosi yang kompleks.
Yang membuat film ini begitu menarik adalah bagaimana ia berhasil menyentuh tema-tema universal tentang kesepian dan kerinduan akan koneksi, meskipun karakter utamanya adalah mesin. Kita melihat perjuangan “Me” untuk memahami cinta dan emosi manusia, dan bagaimana “Iam” secara bertahap mengembangkan kesadaran dan mempertanyakan batasan hubungan artifisial mereka. Kristen Stewart dan Steven Yeun, meskipun sebagian besar hanya melalui suara, berhasil memberikan performa yang emosional dan meyakinkan. Mereka menghidupkan karakter-karakter mesin ini dengan nuansa dan kerentanan yang tak terduga. “Love Me” adalah film yang provokatif dan mengharukan, yang akan membuat Anda merenungkan tentang apa artinya menjadi manusia, dan apakah cinta dapat ditemukan bahkan di tempat yang paling tidak mungkin. Film ini bukan hanya tontonan visual yang indah, tetapi juga perjalanan emosional yang akan membekas lama setelah kredit berakhir.