Film Lamas, kita dibawa ke dalam kehidupan Mona yang penuh tekanan di sebuah toko roti kecil. Mona hidup di bawah kendali ayahnya yang otoriter, Adon. Kehadirannya adalah bayangan gelap yang selalu meliputi setiap langkah Mona. Namun, kehidupan Mona berubah ketika Lina, seorang karyawan baru yang penuh semangat, masuk ke dalam rutinitasnya yang monoton. Kehadirannya mengguncang dunia Mona, menyalakan api gairah dan keinginan yang telah lama terpendam. Konflik mulai muncul ketika Adon memiliki rencana berbeda untuk masa depan putrinya. Mona kini dihadapkan pada pilihan yang penuh risiko—antara mengikuti jalan yang diinginkan ayahnya atau meraih kebebasan dan cinta sejati bersama Lina. Film ini menggambarkan perjalanan Mona dalam menentukan takdirnya sendiri dengan latar belakang cinta terlarang dan perjuangan melawan ekspektasi keluarga.
Film Lamas membara dengan intensitas emosi dan hasrat tersembunyi yang terungkap dengan cara yang menawan. Dalam setiap adegan, penonton dibawa pada perjalanan emosional yang mendebarkan saat Mona mencari arti kebebasan dan cinta. Akting para pemain menciptakan kedalaman karakter yang menggugah, khususnya antara Mona dan Lina, di mana kimia mereka menambah lapisan sensualitas yang mendalam pada narasi. Adon, dalam perannya sebagai antagonis, menyiratkan figuran penuh otoritas yang membuat penonton merasa frustrasi sekaligus iba terhadap Mona. Arahan yang cermat menyoroti ketegangan yang membara di antara hubungan tiga karakter ini. Meski berlatar di kota kecil, Lamas memancarkan pesona film semi yang menggugah emosi, memberikan kilasan pada dinamika kompleks hubungan bapak-anak perempuan yang sering terabaikan.