Kucumbu Tubuh Indahku (2019) adalah sebuah karya sinematik yang puitis, kontemplatif, dan berani mengangkat isu identitas gender, seksualitas, serta kekerasan dalam masyarakat melalui perjalanan hidup seorang penari Lengger Lanang. Cerita berpusat pada Juno, seorang anak laki-laki yang sejak kecil hidup berpindah-pindah setelah ayahnya pergi meninggalkannya. Juno tumbuh di lingkungan desa yang kental dengan tradisi tari Lengger, sebuah tarian tradisional Jawa di mana penari laki-laki memerankan karakter perempuan.
Juno kecil tertarik pada dunia tari Lengger dan mulai belajar menari. Ia menemukan kenyamanan dan ekspresi diri melalui gerakan-gerakan tari yang gemulai. Namun, identitasnya sebagai penari Lengger Lanang, yang mengeksplorasi sisi feminin dalam dirinya, membuatnya menjadi target perundungan dan kekerasan di lingkungan masyarakat yang patriarkal dan tidak memahami keberagaman gender. Perjalanan hidup Juno diwarnai dengan trauma, kehilangan, pencarian identitas, dan eksplorasi sensualitas tubuhnya melalui tarian. Kucumbu Tubuh Indahku (2019) adalah narasi visual yang kuat tentang tubuh, gender, dan kekerasan.
Film ini mengikuti beberapa fase kehidupan Juno, dari masa kecil hingga dewasa, di mana ia terus menghadapi penolakan dan ancaman karena identitasnya yang dianggap berbeda. Ia bertemu dengan berbagai figur dalam hidupnya, termasuk guru tari, petinju, hingga warok, yang masing-masing memberikan pengaruh pada pemahamannya tentang maskulinitas, feminitas, dan seksualitas. Tarian menjadi bahasa utama Juno untuk mengungkapkan perasaan, trauma, dan hasratnya. Karya ini adalah sebuah penggambaran yang berani dan artistik tentang kompleksitas identitas manusia di tengah tekanan norma sosial dan budaya yang kaku.