Keluarga Cemara (2019) adalah adaptasi layar lebar dari serial televisi legendaris berjudul sama, yang mengisahkan tentang kehangatan dan ketahanan sebuah keluarga dalam menghadapi kesulitan hidup. Cerita berpusat pada keluarga Abah, Emak, dan kedua putri mereka, Euis dan Ara. Mereka awalnya hidup nyaman dan berkecukupan di Jakarta. Namun, kehidupan mereka berubah drastis ketika Abah ditipu oleh kerabatnya dalam bisnis, membuat mereka kehilangan seluruh harta benda dan rumah mereka.
Keluarga ini terpaksa pindah ke sebuah desa terpencil di Jawa Barat, menempati rumah tua warisan dari kakek Abah yang sangat sederhana dan jauh dari fasilitas modern. Mereka harus beradaptasi dengan kehidupan baru yang penuh keterbatasan. Abah bekerja serabutan sebagai pengemudi ojek dan kuli bangunan, Emak berusaha mengelola keuangan keluarga yang pas-pasan sambil membuat opak untuk dijual, Euis harus menyesuaikan diri dengan sekolah baru dan teman-teman yang berbeda, sementara Ara, si bungsu, mencoba memahami perubahan dengan kepolosannya. Keluarga Cemara (2019) menonjolkan nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan kekuatan ikatan keluarga.
Meskipun menghadapi berbagai kesulitan ekonomi dan tantangan adaptasi, kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga ini tidak pernah luntur. Mereka saling mendukung, menguatkan, dan menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan. Konflik muncul terutama dari Euis yang beranjak remaja dan merindukan kehidupan lamanya, namun ia perlahan belajar menerima keadaan dan menghargai apa yang mereka miliki. Film ini menyajikan potret keluarga Indonesia yang realistis dan menyentuh, mengingatkan kembali pada pesan utama bahwa “harta yang paling berharga adalah keluarga”.