Kisah “Kaliwaan” berpusat pada karakter Boogie, seorang pria yang dilanda amarah dahsyat ketika mengetahui kekasihnya, Monica, telah berselingkuh. Reaksi Boogie tak main-main: ia nyaris membunuh pria yang menjadi selingkuhan Monica. Di sinilah drama mulai memanas. Paman Boogie, seorang polisi, turun tangan untuk membantu keponakannya bersembunyi dari kejaran hukum. Niat awalnya mungkin baik, melindungi keluarga, namun tanpa disadari, keputusan ini justru membuka jalan bagi konflik yang lebih besar dan berbahaya.
Benang merah cerita semakin kusut ketika keluarga korban kekerasan Boogie ternyata tidak tinggal diam. Mereka memilih untuk mengambil tindakan sendiri, mencari keadilan dengan cara mereka sendiri di luar jalur hukum. Inilah yang kemudian menjadi inti dari “Kaliwaan” – perebutan keadilan dan pembalasan dendam yang melibatkan dua keluarga dengan latar belakang yang berbeda, namun sama-sama dipenuhi emosi yang membara.
Film ini tampaknya akan menyajikan ketegangan yang konstan. Di satu sisi, penonton akan melihat perjuangan Boogie untuk bersembunyi, dibantu oleh pamannya yang berusaha menjaga segalanya tetap terkendali. Di sisi lain, kita akan menyaksikan kegigihan keluarga korban dalam mencari Boogie, dipandu oleh amarah dan keinginan untuk membalas perbuatan keji yang hampir merenggut nyawa anggota keluarga mereka.
“Kaliwaan” berhasil membangun atmosfer yang mencekam dengan alur cerita yang bergerak cepat. Ketegangan tidak hanya berasal dari potensi kekerasan fisik, namun juga dari ketegangan seksual yang terasa di antara karakter-karakter utama. Vivamax memang dikenal piawai dalam menyajikan adegan-adegan intim yang eksplisit, dan “Kaliwaan” sepertinya tidak akan mengecewakan penggemar genre ini. Namun, yang menarik adalah bagaimana adegan-adegan tersebut terjalin dengan narasi utama, tidak hanya sebagai pemanis, melainkan sebagai bagian integral dari penceritaan tentang hasrat, pengkhianatan, dan konsekuensi dari tindakan impulsif.
