Diadaptasi dari puisi dan novel karya Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni (2017) adalah sebuah kisah cinta yang puitis dan melankolis antara dua insan dengan latar belakang budaya yang berbeda. Cerita berpusat pada Pingkan, seorang dosen muda Sastra Jepang di Universitas Indonesia, yang mendapatkan kesempatan untuk belajar ke Jepang selama dua tahun. Pingkan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Sarwono, seorang dosen Antropologi dari Solo yang juga rekan kerjanya. Kedekatan mereka lebih dari sekadar persahabatan, namun terhalang oleh perbedaan keyakinan dan budaya.
Kabar kepergian Pingkan ke Jepang membuat Sarwono merasa gelisah. Ia belum pernah mengungkapkan perasaannya secara gamblang, begitu pula Pingkan. Sebelum Pingkan berangkat, Sarwono mendapat tugas untuk mendampingi program kerjasama antara universitasnya dengan Universitas Sam Ratulangi di Manado. Ia pun mengajak Pingkan untuk ikut menemaninya, sebagai kesempatan terakhir untuk menghabiskan waktu bersama sekaligus memperkenalkan Pingkan pada keluarganya di Manado. Perjalanan ke Manado ini menjadi momen krusial bagi hubungan mereka. Hujan Bulan Juni (2017) mengeksplorasi cinta dalam diam dan keindahan kata-kata yang tak terucap.
Di Manado, mereka menikmati keindahan alam Minahasa sambil terus bertukar pikiran dan perasaan melalui dialog-dialog puitis dan tatapan mata. Namun, pertemuan dengan keluarga Pingkan semakin menegaskan perbedaan latar belakang di antara mereka, menimbulkan keraguan dan pertanyaan tentang masa depan hubungan mereka. Film ini menonjolkan kekuatan narasi visual dan dialog yang terinspirasi dari puisi Sapardi, menciptakan suasana romantis namun juga penuh kegelisahan. Akankah Sarwono dan Pingkan berani mengungkapkan perasaan mereka sebelum Pingkan pergi? Kisah ini adalah tentang cinta yang tulus namun rumit, dibalut keindahan sastra dan lanskap Indonesia.
