Hugas mengajak penonton mengikuti kisah pelarian sepasang pengantin baru yang terjebak dalam pusaran masalah besar akibat masa lalu kelam mereka.
Al dan Liezl, dua mantan anggota geng, memutuskan untuk memulai hidup baru setelah mengucap janji suci pernikahan. Mereka ingin meninggalkan dunia kriminal yang penuh kekerasan dan membangun rumah tangga yang damai. Namun, impian sederhana itu harus tertunda ketika mereka tergoda untuk melakukan satu aksi terakhir: membawa kabur sejumlah besar uang hasil kejahatan dari mantan bos mereka.
Keputusan impulsif ini menjadi awal dari petualangan berbahaya sekaligus menegangkan. Al dan Liezl kini menjadi buronan nomor satu. Bukan hanya polisi yang mengejar mereka, tetapi juga mantan bos mereka, seorang tokoh mafia kejam yang merasa dikhianati dan dipermalukan. Dengan uang curian di tangan, mereka melarikan diri, mencoba menghilang dari radar dan memulai kehidupan baru di tempat yang jauh.
Pelarian Al dan Liezl tidaklah mudah. Mereka harus berhadapan dengan berbagai rintangan dan ancaman. Kepercayaan mereka satu sama lain diuji, terutama ketika tekanan dari kejaran semakin besar. Di tengah situasi yang penuh tekanan ini, hasrat dan cinta mereka justru semakin membara. “Hugas” tak hanya menyajikan adegan kejar-kejaran dan baku tembak, tetapi juga menyelipkan momen-momen intim dan sensual antara Al dan Liezl. Adegan-adegan panas yang eksplisit menjadi daya tarik utama, mewarnai pelarian mereka dengan gairah dan keinginan yang membara di tengah bahaya yang mengintai.
Film ini tidak hanya berputar pada aksi pelarian dan adegan dewasa. “Hugas” juga menyoroti tema-tema yang lebih dalam seperti pengkhianatan, konsekuensi dari pilihan masa lalu, dan harapan untuk memulai hidup baru. Al dan Liezl adalah representasi dari orang-orang yang ingin berubah, melepaskan diri dari lingkaran setan kejahatan, namun terus dihantui oleh bayang-bayang masa lalu. Film ini mempertanyakan apakah cinta dan keinginan untuk berubah cukup kuat untuk mengatasi trauma dan kesalahan masa lalu.