Film semi Filipina dengan judul Hiraya. Kisah ini dimulai di sebuah desa terpencil ketika seorang wanita misterius ditemukan terdampar tak sadarkan diri di tepi sungai. Tubuhnya basah kuyup, pakaiannya compang-camping, dan dia benar-benar tidak mengingat apapun tentang dirinya. Saat dia terbangun, matanya kosong dari ingatan, dan dia bisu, tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun untuk menjelaskan siapa dia atau dari mana asalnya. Penduduk desa memberinya nama Hiraya, menyambutnya dengan campuran rasa ingin tahu dan, sayangnya, hasrat gelap.
Melihat kondisinya yang rentan dan tak berdaya, sekelompok penduduk, terutama para pria, mulai memanfaatkan Hiraya. Mereka melihatnya bukan sebagai manusia yang butuh pertolongan tulus, melainkan sebagai objek untuk melampiaskan nafsu bejat dan meraih kenikmatan sesaat. Adegan-adegan dalam film semi ini secara perlahan memperlihatkan betapa rendahnya moral sebagian karakter dalam memperlakukan Hiraya yang bisu dan amnesia. Eksploitasi fisik dan emosional menjadi elemen utama yang membuat penonton merasa iba namun juga tegang menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.
Namun, plot film semi Filipina Hiraya mulai mengambil giliran yang gelap dan misterius. Anehnya, nasib buruk mulai beruntun menimpa siapa pun yang berani memanfaatkan atau menyakiti Hiraya secara tidak senonoh. Ada yang tiba-tiba sakit keras, mengalami kecelakaan mengerikan, atau ditimpa musibah yang tak terduga. Seolah-olah ada kekuatan gaib atau karma yang melindungi Hiraya dan menghukum para penindasnya dengan balasan yang setimpal, bahkan lebih kejam. Misteri ini menambah lapisan ketegangan dalam cerita, membuat penonton bertanya-tanya, siapakah Hiraya sebenarnya? Apakah dia membawa kutukan, ataukah dia justru adalah pembawa keadilan bagi dirinya sendiri melalui cara yang mengerikan? Cerita dalam film semi ini bukan hanya tentang eksploitasi, tapi juga tentang karma dan misteri supranatural yang meliputi Hiraya.
