Hayya: The Power of Love 2 (2019) merupakan kelanjutan dari film “212: The Power of Love”, namun dengan fokus cerita yang berbeda, lebih menyoroti isu kemanusiaan global. Rahmat, karakter dari film sebelumnya yang kini sedang belajar Islam lebih dalam, masih dihantui oleh perasaan bersalah atas dosa masa lalunya. Ia memutuskan untuk menjadi relawan kemanusiaan di daerah perbatasan Palestina sebagai upaya untuk menebus kesalahannya dan mencari ketenangan batin.
Di kamp pengungsian, Rahmat bertemu dengan Hayya, seorang gadis kecil Palestina berusia lima tahun yang yatim piatu akibat konflik berkepanjangan. Hayya adalah anak yang lugu, ceria, namun menyimpan trauma mendalam. Kedekatan khusus terjalin antara Rahmat dan Hayya. Rahmat melihat sosok Hayya sebagai jalan untuk berbuat kebaikan, sementara Hayya menemukan figur ayah dalam diri Rahmat. Namun, kehadiran Hayya juga membangkitkan kenangan Rahmat akan masa lalunya yang kelam. Hayya: The Power of Love 2 (2019) mengeksplorasi ikatan emosional yang terbentuk di tengah krisis kemanusiaan.
Ketika Rahmat harus kembali ke Indonesia, Hayya yang sudah sangat terikat dengannya secara diam-diam ikut dalam rombongan Rahmat. Kehadiran Hayya di Indonesia menimbulkan berbagai permasalahan baru bagi Rahmat, termasuk hubungannya dengan Adhin, perempuan yang dicintainya. Rahmat dihadapkan pada dilema antara mengembalikan Hayya ke Palestina sesuai prosedur atau melindunginya di Indonesia. Film ini mencoba mengangkat tema kemanusiaan, kasih sayang universal, pengampunan, dan dampak konflik terhadap anak-anak, dengan latar belakang isu Palestina yang sensitif. Perjalanan Rahmat dan Hayya adalah tentang menemukan cinta dan penebusan di jalan kemanusiaan.