Gara-Gara Warisan menyajikan sebuah komedi keluarga yang menyoroti dinamika hubungan antar saudara kandung ketika dihadapkan pada isu pembagian harta peninggalan orang tua. Cerita berpusat pada tiga bersaudara: Adam, Laras, dan Dicky, yang memiliki karakter dan kondisi kehidupan sangat berbeda. Adam, si sulung, merasa paling bertanggung jawab namun hidupnya pas-pasan. Laras, anak tengah, menikah dengan pria kaya namun memiliki masalahnya sendiri. Dicky, si bungsu, hidupnya paling berantakan dan terlilit utang. Ketiganya jarang akur dan seringkali berselisih paham.
Konflik utama dimulai ketika ayah mereka, Dahlan, pemilik sebuah wisma tamu (guest house) yang sederhana, tiba-tiba mengumumkan bahwa ia akan mewariskan wisma tersebut hanya kepada salah satu dari mereka yang dianggap paling layak dan mampu mengelolanya. Pengumuman ini memicu persaingan sengit di antara ketiga saudara tersebut. Masing-masing berusaha menunjukkan diri sebagai kandidat terbaik di mata sang ayah, seringkali dengan cara-cara yang lucu, licik, atau bahkan konyol. Gara-Gara Warisan mengeksplorasi bagaimana isu uang dan warisan dapat memicu sifat asli manusia dan menguji ikatan persaudaraan. Di tengah persaingan dan pertengkaran, mereka juga dipaksa untuk bekerja sama mengurus wisma dan menghadapi masalah-masalah tak terduga. Film ini dipenuhi dengan dialog kocak, situasi absurd, namun juga menyisipkan momen-momen hangat tentang arti keluarga. Gara-Gara Warisan adalah sebuah cerminan ringan namun mengena tentang realitas hubungan keluarga dan dampak materi terhadapnya.