Friendzone berkutat pada Thibault alias Titi, seorang perawat anak yang malangnya sering terjebak dalam zona pertemanan alias friendzone setiap kali ia menaruh hati pada seorang wanita. Liburan bujangannya bersama ketiga sahabatnya membawanya bertemu dengan Rose, seorang wanita yang baru saja putus cinta. Cepat timbul ketertarikan di antara Titi dan Rose, dan mereka pun semakin dekat melalui kencan, menonton film bersama, hingga pijat kaki ala-ala.
Namun, Titi terlalu lama memendam perasaannya, dan Rose mulai menunjukkan sinyal-sinyal bahwa ia nyaman hanya sebagai teman. Melihat sahabatnya kembali terancam friendzone, ketiga sahabat Titi turun tangan dengan rencana “operasi perubahan imej”. Mereka yakin Titi harus berubah menjadi pria yang lebih misterius dan menarik agar bisa keluar dari friendzone dan memenangkan hati Rose. Dimulailah serangkaian latihan konyol, mulai dari meningkatkan stamina dengan lari hingga belajar berdansa. Saat Titi merasa siap dengan imej barunya, ia justru mendapati Rose kembali pada mantan pacarnya yang bermasalah. Patah hati, Titi sempat terjerumus ke hubungan singkat yang hampa sebelum akhirnya menyadari bahwa menjadi diri sendiri dan berani mengungkapkan perasaan adalah kunci utama. Dengan dukungan (yang kali ini lebih bijak) dari para sahabatnya, Titi akhirnya memberanikan diri menyatakan cinta pada Rose dengan cara yang tak terduga, tepat sebelum Rose pindah ke Spanyol. Apakah usahanya berhasil? Saksikan sendiri kisah kocak dan menghangatkan hati ini untuk mengetahui akhir perjuangan Titi keluar dari friendzone.
“Friendzone” menawarkan formula komedi romantis yang sudah cukup familiar: seorang pria baik hati yang terjebak dalam friendzone, mencoba berbagai cara untuk mendapatkan wanita impiannya, dan akhirnya belajar arti penting menjadi diri sendiri. Meskipun plotnya terbilang klise, film ini berhasil menyajikannya dengan gaya yang ringan, menghibur, dan sentuhan Prancis yang segar.
Mickaël Lumière berhasil memerankan Titi dengan sangat meyakinkan. Ekspresi wajahnya yang polos dan tingkah lakunya yang kikuk saat berusaha keluar dari friendzone dijamin akan membuat penonton tertawa. Chemistry antara Lumière dan Manon Azem (pemeran Rose) juga terbangun dengan baik, membuat penonton ikut merasakan ketegangan sekaligus gemas dengan hubungan mereka yang abu-abu. Para pemain pendukung, terutama Fadily Camara, Eva Danino, dan Constance Arnoult sebagai sahabat-sahabat Titi, berhasil menambah warna dan kekocakan dalam film ini. Interaksi mereka terasa natural dan akrab, layaknya persahabatan yang solid di dunia nyata.
Humor dalam “Friendzone” terbilang cukup beragam, mulai dari slapstick ringan, dialog-dialog cerdas yang menggelitik, hingga situasi-situasi komedi yang menggelikan akibat ulah para sahabat Titi. Meskipun beberapa adegan terasa sedikit berlebihan, secara keseluruhan humornya cukup efektif menghibur dan tidak terasa dipaksakan.
Dari segi visual, film ini juga cukup memanjakan mata. Pengambilan gambar yang cerah, lokasi-lokasi indah di Prancis, serta busana para pemain yang stylish menambah daya tarik visual film ini. Musik latar yang ceria dan upbeat juga semakin mendukung suasana komedi romantis yang ingin dibangun.
