Film Elisa & Marcela membawa kita kembali ke Spanyol tahun 1898, di mana dua wanita muda, Elisa dan Marcela, bertemu dan jatuh cinta di sebuah sekolah Katolik. Persahabatan mereka yang erat dengan cepat berkembang menjadi perasaan yang lebih dalam. Hari-hari yang mereka lalui bersama di pantai terasa seperti kebahagiaan yang tak terhingga bagi Elisa. Namun, keakraban mereka tidak luput dari pandangan curiga ayah Marcela yang konservatif. Ia memutuskan untuk mengirim Marcela ke sekolah asrama di Madrid, dengan harapan memisahkan keduanya.
Meskipun terpisah jarak, cinta Elisa dan Marcela tak padam. Mereka terus bertukar surat, menjaga api asmara tetap menyala. Tiga tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka kembali sebagai guru di sebuah desa kecil di Galicia. Mereka memutuskan untuk tinggal bersama, namun kebahagiaan mereka terusik oleh kecurigaan dan cibiran warga desa. Situasi mencapai puncaknya ketika Elisa diserang, memaksa mereka untuk mencari cara melarikan diri dari lingkungan yang tidak menerima cinta mereka.
Di tengah keputusasaan, Elisa memiliki ide berani. Ia menghilang selama beberapa hari dan kembali dengan penampilan baru sebagai seorang pria bernama Mario, mengambil identitas sepupunya yang telah meninggal. Sementara itu, Marcela mendapati dirinya hamil dari seorang penebang kayu bernama Andrés. Dengan identitas Mario, Elisa dan Marcela mengatur pernikahan di gereja setempat. Pernikahan mereka, meskipun penuh kepura-puraan, tercatat sebagai pernikahan sesama jenis pertama di Spanyol. Namun, kebohongan mereka tidak bertahan lama. Warga desa mulai curiga dan membentuk massa yang marah, siap menyerbu rumah mereka.
Elisa dan Marcela kembali melarikan diri, kali ini menuju Portugal. Di sana, mereka bekerja serabutan untuk mengumpulkan uang demi perjalanan ke Argentina. Namun, pelarian mereka berakhir ketika mereka ditangkap. Di penjara, Marcela melahirkan seorang bayi perempuan bernama Ana. Pemerintah Spanyol menginginkan mereka diekstradisi untuk menghadapi hukuman penjara 10 hingga 20 tahun. Namun, gubernur Portugal yang bersimpati menolak permintaan ekstradisi dan membebaskan mereka. Meski terbebas, Marcela memutuskan untuk menitipkan Ana kepada kepala penjara dan istrinya, tak ingin anaknya tumbuh dalam diskriminasi karena memiliki orang tua gay.
Dua puluh tujuh tahun kemudian, di Argentina, Ana dewasa menemui Marcela dan bertanya apakah semua pengorbanan itu sepadan. Marcela tidak menjawab dengan kata-kata, namun senyumnya ketika menyambut Elisa yang baru pulang ke rumah memberikan jawaban yang lebih dalam. Film ini ditutup dengan catatan bahwa pernikahan sesama jenis baru dilegalkan di Spanyol pada tahun 2005, dan masih ilegal di banyak negara lain, bahkan dihukum mati di beberapa tempat. Pernikahan Elisa dan Marcela sendiri tidak pernah dibatalkan, menjadi simbol cinta yang abadi dan perjuangan panjang untuk kesetaraan.
“Elisa & Marcela” adalah sebuah film yang menyentuh dan menggugah hati. Sutradara Isabel Coixet berhasil mengemas kisah nyata yang luar biasa ini menjadi sebuah drama romantis yang indah namun juga penuh kepedihan. Film ini tidak hanya sekadar menceritakan kisah cinta terlarang, tetapi juga menyoroti keberanian, pengorbanan, dan keteguhan dua wanita dalam menghadapi tekanan sosial dan norma yang berlaku pada masanya.
Natalia de Molina dan Greta Fernández memberikan penampilan yang memukau sebagai Elisa dan Marcela. Chemistry di antara keduanya terasa begitu kuat dan meyakinkan, membuat kita sebagai penonton ikut merasakan emosi yang mereka alami. Sinematografi film ini juga patut diacungi jempol, dengan gambar-gambar yang indah dan atmosfer yang mendukung cerita. Film ini mengambil setting di pedesaan Spanyol dan Portugal pada pergantian abad ke-20, dan visualisasinya berhasil membawa kita ke masa lalu tersebut.
