Divine Emanuelle: Love Cult (1981) adalah hidangan yang sayang untuk dilewatkan. Film ini bukan sekadar tontonan panas biasa, melainkan sebuah perjalanan gila ke dalam sekte sesat yang dipimpin oleh seorang wanita misterius yang mereka sebut “The Divine One”. Bayangkan Jim Jones, namun dengan bumbu seks bebas dan ritual-ritual erotis yang menjadi menu utama sehari-hari. Tertarik? Mari kita telusuri lebih dalam kenikmatan berdosa yang ditawarkan Divine Emanuelle.
Film ini membawa kita ke sebuah komune terpencil di mana “The Children of Light” berhimpun. Sekte ini, yang dipimpin oleh “The Divine One”, memuja kenikmatan duniawi, khususnya melalui aktivitas seksual grup. Tidak ada ritual yang lengkap tanpa sentuhan, desahan, dan peluh yang mengalir. Nyanyian-nyanyian pujian mereka pun seringkali tak jauh dari tema birahi – sebuah kombinasi yang unik dan tentunya, vintage softcore abis!
Dorian, diperankan dengan apik oleh sang sutradara Christian Anders, adalah sosok pemuda karismatik yang bertugas merekrut anggota baru. Rayuan mautnya ampuh menjerat para wanita muda polos untuk bergabung dalam sekte penuh dosa ini. Ketika Dorian bertemu dengan Patricia (Simone Brahman), putri seorang senator Amerika, ia berhasil membujuknya untuk masuk ke dalam lingkaran “cahaya” sekte tersebut. Namun, di sinilah konflik mulai muncul. Dorian, yang awalnya hanya menjalankan tugas, justru terpikat oleh pesona Patricia yang polos namun menggairahkan.
Benih-benih cinta tumbuh di antara Dorian dan Patricia, di tengah hingar bingar orgi dan ritual aneh sekte. Perasaan ini membawa Dorian pada kesadaran pahit: hidup di sekte ini bukan kebahagiaan, melainkan jebakan neraka terselubung. Sikap penolakan terhadap aktivitas seksual akan berujung pada hukuman cambuk yang menyakitkan. Dan yang lebih mengerikan, keinginan untuk keluar dari sekte akan dijawab dengan kematian mengenaskan – dilempar ke lubang penuh paku tajam oleh seorang penjaga bertubuh kekar yang mengingatkan kita pada aktor-aktor film laga jadul.
Dorian, sadar akan bahaya yang mengintai, memutuskan untuk menyelamatkan Patricia dan diri mereka sendiri. Mereka merencanakan pelarian dari komune terkutuk itu, dengan harapan dapat kembali ke dunia nyata dan memulai hidup baru. Tapi tentu saja, “The Children of Light” tidak akan membiarkan anggota mereka pergi begitu saja. Sang penjaga kekar akan menjadi penghalang utama, dan ditambah lagi, isu kiamat yang semakin santer terdengar di dalam komune semakin menambah tekanan dan ketegangan. Apakah Dorian dan Patricia berhasil meloloskan diri dari cengkeraman sekte sesat ini?
Divine Emanuelle adalah perpaduan unik antara film cult ala Guyana Tragedy, film women in prison yang panas, dan tentunya, sleaze yang kental dalam balutan vintage softcore. Alur cerita film ini mungkin terkesan sederhana, bahkan hanya menjadi jembatan dari satu adegan panas ke adegan panas lainnya. Namun, justru di sinilah letak daya tariknya. Adegan-adegan musikalnya absurd dan cenderung surealis, seksualitasnya eksplisit dan berlimpah, dan akting para pemainnya, meskipun standar untuk film sejenis, tetap menghibur dengan kekonyolan khasnya. Christian Anders berhasil memerankan sosok pahlawan culun yang berbalik melawan sekte dengan gaya yang menghibur, sementara Laura Gemser, seperti biasa, tampil memukau dengan tubuh seksinya, meskipun perannya tidak terlalu menonjol.
Sutradara Christian Anders, meskipun karyanya terkesan primitif di beberapa bagian, berhasil menjaga tempo film tetap menarik. Sinematografinya cukup lumayan, meski tidak ada yang istimewa. Yang jelas, Divine Emanuelle bukanlah film Emmanuelle pada umumnya, namun lebih merupakan petualangan softcore yang dibalut elemen horor, dan cukup menghibur sebagai tontonan guilty pleasure.