Film Dewi (2024): Merajut Kisah Hati, Seni, dan Perbedaan di Kota Solo
Industri perfilman Indonesia kembali menghadirkan kisah yang menyentuh kalbu dan penuh makna lewat film berjudul “Dewi (2024)”. Disutradarai oleh Herwin Novianto, nama yang dikenal atas karyanya seperti “Kembang Api”, film ini mengajak penonton menyelami potret kehidupan seorang gadis tuli bernama Dewi di tengah kentalnya atmosfer Kota Solo.
Dewi hidup di bawah asuhan sang Eyang yang sangat protektif. Keadaan ini menciptakan gelembung tersendiri bagi Dewi, membatasi ruang geraknya dan menguji keinginannya untuk merasakan dunia luar secara lebih mandiri. Di balik keheningan dunianya, Dewi menyimpan kerinduan akan koneksi dan penerimaan.
Kisah Dewi lantas menemui persimpangan ketika Rino hadir. Rino adalah seorang fotografer, sama-sama tuli, yang datang ke Solo untuk meliput usaha kerajinan keluarga Dewi. Pertemuan antara Dewi dan Rino menumbuhkan benih-benih cinta yang lembut. Melalui lensa kameranya dan bahasa isyarat, Rino membuka jendela dunia baru bagi Dewi, menawarkan pemahaman dan koneksi yang selama ini terasa tercekam oleh perhatian Eyang yang berlebihan.
Namun, kehadiran Rino tidak hanya membawa cinta, tetapi juga memicu konflik. Sikap protektif Eyang semakin menjadi-jadi, menciptakan ketegangan yang menguji hubungan semua pihak. Film “Dewi (2024)” dengan apik mengeksplorasi dinamika antara cinta yang mulai bersemi, persahabatan yang tulus, dan perseteruan yang lahir dari perbedaan sudut pandang serta kekhawatiran.
Lewat narasi ini, Herwin Novianto menghadirkan potret tentang bagaimana sebuah hati mencari jalannya sendiri di tengah keterbatasan dan ekspektasi keluarga. Film ini secara halus membawa pesan penting tentang bagaimana menghargai perbedaan, baik itu perbedaan cara berkomunikasi, perbedaan pandangan antar generasi, maupun perbedaan dalam melihat kehidupan itu sendiri. “Dewi (2024)” mengajak kita untuk menentang stereotip yang sering melekat pada individu dengan kebutuhan khusus, menunjukkan bahwa mereka pun memiliki impian, cinta, dan hak untuk menentukan jalan hidupnya.
Dengan latar Solo yang kaya budaya, film “Dewi (2024)” bukan hanya sebuah tontonan tentang romansa, tetapi juga sebuah refleksi tentang identitas, kemandirian, dan perjuangan untuk penerimaan diri serta orang lain. Sebuah tontonan yang layak dinantikan bagi yang mencari kedalaman kisah kemanusiaan.
