Come Fly With Me adalah sebuah film komedi romantis yang menangkap semangat zaman itu dengan sempurna: “Come Fly with Me.” Disutradarai oleh Henry Levin dan dirilis oleh MGM, film ini bukan sekadar tontonan ringan. Ia adalah jendela menuju impian, ambisi, dan tentu saja, intrik cinta yang menghiasi kehidupan para pramugari di maskapai fiktif Polar-Atlantic.
Diadaptasi dari novel chick-lit “Girl on a Wing” karya Bernard Glemser, “Come Fly with Me” menghadirkan ansambel bintang yang memesona: Dolores Hart, Hugh O’Brian, Karlheinz Böhm, Pamela Tiffin, Karl Malden, dan Lois Nettleton. Kisah mereka berpusat pada tiga pramugari muda—Carol, Donna, dan Hilda—yang terbang melintasi benua, bukan hanya mengantarkan penumpang, tapi juga mencari cinta dan petualangan.
Drama di Ketinggian 30.000 Kaki
Film ini membuka tirai dengan kekacauan kecil yang menggelitik. Carol, si pramugari baru yang diperankan dengan manis oleh Dolores Hart, memulai hari pertamanya di rute New York-Paris dengan insiden lucu—terkunci di kamar mandi pesawat, menunda keberangkatan. Di udara, flight engineer Teddy, yang diperankan oleh Hugh O’Brian dengan kharisma playboy, melancarkan lelucon iseng padanya. Dari sini saja, kita sudah bisa merasakan percikan-percikan komedi yang akan mewarnai film ini.
Sementara itu, Donna, yang diperankan oleh Pamela Tiffin dengan ambisi membara, punya target yang lebih tinggi dari sekadar penerbangan yang mulus. Ia mengincar kemewahan dan status sosial. Ketika mengetahui bahwa Baron Franz Von Elzingen, diperankan oleh Karlheinz Böhm dengan pesona Eropa yang misterius, bisa memberikan semua itu, Donna langsung memasang radar. Ambisinya begitu kentara, namun dibungkus dengan kepolosan yang justru membuatnya menarik.
Di sisi lain, ada Hilda, diperankan oleh Lois Nettleton. Ia adalah potret pramugari yang lebih dewasa, mungkin sedikit sinis, tapi menyimpan kehangatan di baliknya. Pertemuannya dengan Walter, seorang pria Texas kaya raya yang diperankan oleh Karl Malden dengan sentuhan komedi yang pas, menjadi sumber dinamika menarik. Awalnya, Hilda terkesan dengan kekayaan Walter, namun ia juga waspada, takut menjadi korban playboy berduit.
Jalinan Cinta yang Rumit dan Menggoda
“Come Fly with Me” tak ragu menyajikan intrik cinta yang berliku-liku. Ray, si kopilot yang diperankan oleh James Dobson, mengajak Carol berkencan, tapi kemudian membuatnya kecewa karena terjebak drama dengan mantan pacarnya yang sudah menikah, Katie. Adegan Carol yang pura-pura menjadi kekasih Ray di kamar hotel Katie, lengkap dengan Ray yang tetap kena bogem mentah dari suami Katie, menjadi momen komedi yang cringe sekaligus menghibur. Carol, dengan keberaniannya, bahkan sempat memberikan ceramah tentang “nilai-nilai” yang seharusnya dipegang Ray.
Perjalanan cinta Donna dengan Baron Franz pun tak kalah seru. Di Vienna, Baron yang ternyata terlibat dalam penyelundupan berlian memanfaatkan kepolosan Donna. Ia meninggalkan tempat rokok emasnya yang mewah—yang sebelumnya sudah memikat mata Donna—sebagai umpan, lengkap dengan pesan untuk bertemu di sebuah kafe. Donna, yang terbuai dengan pesona Baron dan janji kemewahan, terlibat dalam permainan berbahaya ini tanpa menyadarinya. Adegan mereka berdua berpacaran dengan Jaguar E-type, bermain ski air, dan bermalam bersama, digambarkan dengan sentuhan glamour yang menggoda, namun juga menyimpan ketegangan tersembunyi.
Dari Kemewahan Paris hingga Pengakuan Cinta di Udara
Di Paris, trio pramugari ini disambut dengan suite mewah di hotel. Donna, yang merasa di atas angin karena mengira kemewahan ini adalah hadiah dari Baron, harus menelan kekecewaan ketika Walter, si pria Texas, mengaku bahwa dialah yang membiayai suite tersebut. Momen ini menjadi titik balik bagi Hilda. Ia menyadari bahwa Walter bukan hanya pria kaya biasa. Ketika Walter akhirnya mengakui bahwa ia memiliki kekayaan $40 juta, justru Hilda yang ketakutan. Ia khawatir Walter hanya mencari “kesenangan sesaat” dan bukan istri.
Namun, di tengah kerumitan kisah cinta dan intrik penyelundupan, “Come Fly with Me” juga menyentuh sisi humanis. Adegan Ray yang menghibur seorang anak kecil yang menangis dengan mengajaknya ke kokpit pesawat terasa hangat dan menyentuh. Carol, yang menyaksikan sisi lembut Ray ini, tergerak untuk mengumpulkan pujian dari penumpang untuk Ray, yang sempat terdemosi karena ulah cintanya.
Puncak drama terjadi ketika Donna ditangkap di bea cukai bandara Paris karena membawa berlian selundupan. Baron, yang pada akhirnya punya hati nurani, mencoba menyelamatkan Donna dengan memberinya uang untuk pengacara. Namun, Donna menolak dan mengembalikan kalung warisan yang sempat digunakan Baron untuk memikatnya. Perpisahan mereka di kafe, dengan ciuman terakhir dan ucapan “Auf Wiedersehen” yang terasa pahit, adalah momen dramatis yang kuat.
Akhir cerita “Come Fly with Me” membawa kita kembali ke nuansa komedi romantis yang ringan. Di pesawat, Hilda mendapati bahwa seluruh kabin kosong—kecuali Walter di kelas ekonomi. Walter ternyata telah menyewa seluruh pesawat untuk Hilda, ke mana pun ia ingin pergi. Sementara itu, di kokpit, Ray akhirnya menemukan cara unik untuk melamar Carol—dengan menggagapnya dan memasangkannya di kursi jump seat!
