Film “Cash Out” menyajikan kisah menegangkan tentang dunia kejahatan tingkat tinggi yang berpadu dengan drama pribadi yang rumit. Inti cerita berpusat pada Mason, seorang tokoh legendaris dalam lingkar kejahatan profesional. Mason bukanlah perampok biasa; dia adalah dalang di balik berbagai operasi canggih yang selalu berhasil lolos dari kejaran hukum. Namun, masa lalunya menyimpan luka mendalam, khususnya terkait dengan sebuah pengkhianatan yang mengubah jalan hidupnya.
Bertahun-tahun lalu, Mason merencanakan sebuah perampokan besar, puncak kariernya. Ia melibatkan orang-orang yang dipercayainya, termasuk kekasihnya saat itu, Decker. Operasi berjalan lancar hingga saat kritis, di mana Decker secara tiba-tiba menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya: seorang agen rahasia dari Interpol. Pengkhianatan ini bukan hanya menggagalkan rencana besar Mason, tetapi juga menghancurkan hatinya dan kepercayaannya pada orang lain. Merasa dikhianati dan terpukul, Mason memutuskan untuk meninggalkan dunia kejahatan dan mencoba hidup normal, jauh dari risiko dan bahaya.
Namun, ketenangan yang ia cari ternyata tidak bertahan lama. Dunia kejahatan memiliki cara untuk menariknya kembali. Kali ini, bukan karena ambisi pribadi, melainkan karena panggilan keluarga. Adik laki-laki Mason, Shawn, yang tampaknya kurang berpengalaman dan mungkin terburu-buru, mencoba melakukan perampokan bank besar sendirian. Seperti yang ditakutkan Mason, rencana Shawn tidak berjalan mulus dan ia berakhir dalam masalah besar, terjebak dalam situasi yang mengancam nyawanya.
Mendengar kabar mengenai adiknya, Mason tidak punya pilihan lain. Ikatan darah lebih kuat dari keinginan untuk pensiun. Ia harus kembali ke dunia yang sudah ia tinggalkan untuk menyelamatkan Shawn. Mason pun terjun ke dalam kekacauan yang diciptakan adiknya. Namun, perampokan kali ini berubah menjadi skenario penyanderaan yang rumit. Mason dan Shawn berakhir terperangkap di dalam bank, dikepung oleh aparat penegak hukum dari segala sisi. Situasi menjadi sangat kritis, dengan pasukan SWAT bersiap untuk melakukan penyerbuan.
Di tengah pengepungan ini, drama semakin memuncak ketika negosiator utama yang dikirim untuk berhadapan dengan para perampok adalah Decker, mantan kekasih Mason yang mengkhianatinya bertahun-tahun lalu. Kehadiran Decker di sisi lain garis polisi menambah lapisan ketegangan yang luar biasa. Negosiasi yang terjadi bukan hanya tentang keselamatan sandera dan kemungkinan penyerahan diri, tetapi juga tentang konfrontasi emosional antara dua orang dengan sejarah yang kompleks dan menyakitkan.
Mason, yang terjebak dalam situasi tanpa harapan, harus menggunakan segala kecerdasan, pengalaman, dan trik yang ia miliki. Tujuannya kini tidak hanya untuk menyelamatkan adiknya dan keluar dari situasi ini, tetapi juga untuk menghadapi Decker. Dalam permainan kucing-kucingan yang berisiko tinggi ini, Mason tidak hanya bernegosiasi untuk nyawanya dan adiknya, tetapi ia juga melihat kesempatan untuk mungkin memperbaiki atau setidaknya memahami masa lalu yang menghantuinya. Dengan waktu yang terus berjalan dan ancaman serbuan semakin nyata, Mason harus menemukan cara untuk keluar dari bank yang terkepung, idealnya sambil mendapatkan kembali apa yang ia tinggalkan (baik itu “hasil” perampokan atau sekadar kebebasan), dan yang terpenting, menghadapi orang yang ia cintai sekaligus mengkhianatinya. “Cash Out” bukan hanya tentang perampokan, tetapi juga tentang intrik, pengkhianatan, dan pertarungan demi cinta di tengah kepungan.
