Cam: Alice, di dunia maya dikenal sebagai Lola_Lola, adalah seorang camgirl ambisius yang berjuang untuk mencapai puncak popularitas di situs live streaming dewasa, FreeGirlsLive. Obsesinya pada peringkat dan pengakuan mendorongnya untuk terus meningkatkan kontennya, terkadang melampaui batas kenyamanannya sendiri. Di balik persona digital yang sensual, Alice menyembunyikan pekerjaannya dari ibunya, dengan hanya saudara laki-lakinya, Jordan, yang mengetahui rahasianya.
Kehidupan Alice yang serba digital mulai berubah menjadi mimpi buruk ketika ia mendapati akun Lola_Lola-nya diambil alih oleh seseorang yang persis menyerupai dirinya. Bukan hanya penampilan fisik, tetapi juga gaya bicara dan tingkah lakunya—semuanya ditiru dengan sempurna. Awalnya mengira ada kesalahan teknis atau situs tersebut memutar ulang siaran lama, Alice segera menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang jauh lebih aneh dan menakutkan. Sosok doppelganger digital ini tidak hanya mencuri identitasnya secara online, tetapi juga mulai merusak kehidupannya di dunia nyata.
Kehilangan kendali atas identitas digitalnya, Alice terjebak dalam labirin kebingungan dan paranoia. Ia berusaha keras untuk merebut kembali akunnya, menghadapi ketidakpedulian polisi, dan bahkan kekerasan dari klien yang merasa tertipu. Dalam perjalanan yang menegangkan ini, Alice harus menghadapi kenyataan pahit tentang dunia maya yang penuh anonimitas dan bahaya, serta berjuang untuk mempertahankan identitasnya di tengah ancaman yang tak terlihat namun sangat nyata. Film “Cam” membawa kita pada perjalanan psikologis yang intens, mempertanyakan batas antara dunia nyata dan dunia maya, serta bahaya kehilangan diri sendiri dalam identitas digital.
“Cam” bukan sekadar film thriller tentang dunia camgirl. Film ini adalah eksplorasi mendalam tentang identitas di era digital, ketakutan akan kehilangan kendali, dan konsekuensi dari obsesi terhadap validasi online. Disutradarai dengan apik oleh Daniel Goldhaber dan ditulis dengan cerdas oleh Isa Mazzei, “Cam” berhasil menciptakan atmosfer yang mencekam dan membuat penonton terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
Madeline Brewer memberikan penampilan yang luar biasa sebagai Alice/Lola_Lola. Ia mampu menghidupkan kompleksitas karakter Alice, mulai dari ambisinya yang membara, kerentanannya di balik layar, hingga keputusasaannya saat identitasnya dicuri. Brewer membawa kita melalui perjalanan emosional Alice dengan meyakinkan, membuat kita merasakan kebingungannya, ketakutannya, dan tekadnya untuk merebut kembali hidupnya.
Film ini juga sangat efektif dalam menggambarkan sisi gelap dunia maya. Anonimitas, obsesi, dan potensi penyalahgunaan identitas online dieksplorasi dengan gamblang namun tidak dieksploitasi. “Cam” tidak hanya menyajikan ketegangan psikologis, tetapi juga memberikan komentar sosial yang relevan tentang bagaimana kita membentuk identitas kita di dunia digital dan risiko yang mungkin kita hadapi. Meskipun berlatar dunia camgirl, tema-tema yang diangkat dalam film ini sangat universal dan relevan dengan kehidupan kita saat ini yang semakin terhubung secara digital.
