Beranak dalam Kubur (2007) adalah sebuah remake dari film horor legendaris Indonesia berjudul sama yang dirilis pada tahun 1971 dan dibintangi oleh Suzzanna. Versi tahun 2007 ini, disutradarai oleh Adji Saputra dan Monty Tiwa, mencoba menghadirkan kembali kisah tragis dan mengerikan tentang perseteruan dua saudara perempuan dengan sentuhan modern. Cerita berpusat pada dua kakak beradik, Jasmine (diperankan oleh Risty Tagor) dan Kaila (Julia Perez), yang tinggal di sebuah rumah besar warisan keluarga. Jasmine adalah sosok yang lembut, baik hati, dan memiliki kekasih bernama Jovan (Andreano Phillip). Sebaliknya, Kaila digambarkan sebagai pribadi yang pendengki, iri hati, dan licik. Ia menyimpan rasa cemburu yang besar terhadap kebahagiaan dan kecantikan adiknya.
Konflik dalam Beranak dalam Kubur (2007) memuncak ketika Kaila, didorong oleh rasa iri dan hasutan dari seorang dukun jahat, merencanakan perbuatan keji terhadap Jasmine yang tengah hamil tua. Kaila menyiksa Jasmine secara brutal hingga tewas, kemudian menguburkannya hidup-hidup di halaman belakang rumah mereka. Namun, sebelum menghembuskan napas terakhir, Jasmine bersumpah akan membalas dendam. Keajaiban tragis terjadi ketika Jasmine melahirkan bayinya di dalam kubur. Arwah Jasmine yang gentayangan, penuh amarah dan dendam, kemudian bangkit untuk meneror Kaila dan semua orang yang dianggap terlibat dalam kematiannya. Sosok arwah Jasmine menjadi sumber teror utama dalam film ini.
Film Beranak dalam Kubur (2007) mengikuti pola horor balas dendam klasik Indonesia, di mana arwah korban kejahatan kembali untuk menghantui dan membunuh para pelaku. Penampakan sosok Jasmine yang menyeramkan, ditambah dengan serangkaian kematian brutal dan mengerikan, menjadi elemen utama untuk membangun ketakutan penonton. Film ini juga mengeksplorasi tema kecemburuan saudara, kelicikan, pengkhianatan, dan kekuatan gaib. Upaya Kaila untuk menutupi kejahatannya dan melawan teror arwah Jasmine menjadi sia-sia di hadapan kekuatan dendam supranatural. Beranak dalam Kubur (2007) berusaha mempertahankan esensi cerita aslinya sambil memperbarui efek visual dan intensitas adegan kekerasan untuk penonton modern, menghadirkan kembali salah satu cerita horor paling ikonik dalam sinema Indonesia.