Belahan Jiwa (2005) adalah sebuah film thriller psikologis yang kompleks dan penuh teka-teki, disutradarai oleh Sekar Ayu Asmara. Cerita ini berpusat pada empat perempuan yang tampaknya tidak saling mengenal namun terhubung oleh luka batin dan trauma masa lalu yang mendalam. Mereka adalah Caine (Rachel Maryam), seorang pelukis pemberontak dengan kecenderungan destruktif; Farlyna (Dian Sastrowardoyo), seorang arsitek perfeksionis yang dingin dan tertutup; Baby Blue (Nirina Zubir), seorang desainer pakaian eksentrik yang mencari perhatian; dan Arimby (Marcella Zalianty), seorang dokter jiwa yang berusaha membantu pasiennya sambil menyembunyikan kerapuhannya sendiri. Keempat perempuan ini menjalani terapi kelompok dengan seorang psikolog, Dr. Isha (Alexander Wiguna), untuk mengatasi masalah kejiwaan mereka masing-masing.
Naratif Belahan Jiwa (2005) terungkap secara perlahan, membangun lapisan misteri di sekitar identitas dan hubungan antar karakter. Masing-masing perempuan memiliki latar belakang yang kelam: Caine dihantui oleh kematian tragis kekasihnya, Farlyna terobsesi dengan keteraturan sebagai mekanisme pertahanan diri, Baby Blue berjuang dengan isu penolakan dan identitas, sementara Arimby mencoba menjaga profesionalismenya di tengah pergulatan pribadinya. Sesi terapi menjadi wadah bagi mereka untuk mengungkapkan rasa sakit, kemarahan, dan ketakutan mereka, namun juga memicu konflik dan ketegangan di antara mereka. Dr. Isha sendiri tampak menyimpan rahasia, dan metodenya terkadang terlihat tidak konvensional.
Plot Belahan Jiwa (2005) mengambil arah yang mengejutkan ketika sebuah pembunuhan misterius terjadi, menambah elemen ketegangan dan kecurigaan di antara para karakter. Penonton diajak untuk mempertanyakan realitas yang disajikan, siapa yang bisa dipercaya, dan apa hubungan sebenarnya di antara keempat perempuan tersebut. Film ini secara mendalam mengeksplorasi tema-tema seperti trauma psikologis, kepribadian ganda (disosiatif), mekanisme pertahanan diri, dan pencarian penyembuhan. Dengan visual yang artistik dan atmosfer yang cenderung gelap, Belahan Jiwa (2005) membangun ketegangan psikologis yang intens hingga mencapai sebuah twist ending yang membongkar semua asumsi awal. Film ini dikenal karena penceritaannya yang non-linear dan berani mengangkat isu kesehatan mental dengan cara yang provokatif dan penuh gaya.