Bedways: Berlin. Kota yang selalu punya cerita, baik itu cerita cinta, patah hati, atau bahkan yang lebih liar. Di tengah hiruk pikuk kota yang artsy ini, kita dibawa ke sebuah apartemen bobrok di kawasan Mitte. Tempat ini bukan buat liburan mewah, tapi justru jadi saksi bisu dari sebuah eksperimen film yang nggak biasa.
Bayangkan, ada dua aktor—sebut saja Hans dan Marie, nama yang cukup umum ya?—yang terjebak dalam proyek film tanpa naskah, tanpa judul yang jelas. Otak di balik semua ini adalah Nina, seorang sutradara yang kayaknya punya ide-ide yang… out of the box. Nina ini nggak mau drama-drama klise atau akting yang dibuat-buat. Dia maunya yang real, yang mentah, yang jujur—terutama soal cinta dan seks.
Nah, di apartemen yang minim perabotan itu, dimulailah proses syuting yang lebih mirip terapi kelompok yang kebablasan. Nina sengaja bikin Hans dan Marie nggak tahu apa-apa soal film ini. Mereka cuma dikasih tahu tema besarnya: cinta. Tapi cinta versi Nina kayaknya bukan sekadar gandengan tangan dan makan malam romantis. Lebih ke arah eksplorasi hasrat terdalam, emosi yang selama ini dipendam, dan ya… seksualitas yang nggak disaring.
Selama seminggu penuh, Nina mendorong batas-batas Hans dan Marie. Katanya sih demi “realisme sinematik”. Tapi kalau dilihat-lihat, ini lebih mirip permainan berbahaya antara drama dan kenyataan. Kamera terus merekam, nggak peduli seberapa nggak nyaman atau awkward momennya. Di depan lensa itu, kepalsuan jadi barang langka. Yang ada cuma kejujuran yang—mungkin—terlalu brutal.
Kita bisa bayangin gimana tegangnya suasana di apartemen itu. Dua orang asing dipaksa untuk berinteraksi secara intim, bukan cuma secara emosional, tapi juga fisik. Adegan-adegan yang mereka lakukan untuk film mulai ngeblur dengan kehidupan nyata mereka sendiri. Mungkin ada ketertarikan yang tumbuh, mungkin juga ada penolakan, atau bahkan keduanya bercampur aduk jadi satu.
Pertanyaannya, apakah proyek film “tanpa judul” ini bakal kelar? Atau justru malah bubar di tengah jalan karena terlalu panas dan personal? Yang jelas, “Bedways” ini kayaknya bukan film yang bakal bikin kamu nyaman duduk manis di bioskop sambil makan popcorn. Ini lebih ke pengalaman yang bakal bikin kamu bertanya-tanya: sebenernya apa sih batasan antara akting dan realita? Dan seberapa jauh kita berani jujur soal hasrat dan emosi kita sendiri?
