Film Algrafi (2024) menghadirkan kisah yang beranjak dari sebuah kepulangan yang tak terduga. Algrafi, seorang pemuda yang baru saja kembali ke Indonesia setelah perjalanannya di Amerika Serikat tidak sesuai harapan, langsung disambut dengan rencana perjodohan. Ini bukanlah keinginan Algrafi, melainkan skema yang diatur oleh sang eyang, yang sangat percaya pada ramalan kuno yang konon akan membawa keberuntungan bagi keluarga melalui pernikahan Algrafi dengan Naya.
Naya, yang diperkenalkan sebagai calon pasangan Algrafi, ternyata adalah teman masa kecilnya yang kini beranjak dewasa, berusia 17 tahun. Situasi menjadi lebih kompleks mengingat latar belakang keduanya yang sangat berbeda. Algrafi berasal dari keluarga yang mapan, sementara Naya hidup dalam kondisi yang jauh lebih sederhana. Perbedaan ini menjadi salah satu tantangan tambahan dalam menghadapi skenario perjodohan yang diatur ini.
Merasa sama-sama tidak ingin terikat dalam perjodohan yang dipaksakan, Algrafi dan Naya pun memutuskan untuk bekerja sama. Tujuan mereka jelas: menggagalkan rencana yang telah disusun oleh sang eyang dan keluarga. Namun, ironisnya, upaya mereka untuk saling menjauh justru membawa mereka pada kedekatan yang tak terduga. Interaksi dan “misi” bersama ini membuka dimensi baru dalam hubungan mereka, yang berkembang menjadi dinamika rumit antara cinta dan benci, penuh kejutan, dan sulit ditebak arahnya.
Di balik narasi romansa yang berawal dari penolakan, film Algrafi juga menyentuh isu-isu yang relevan. Film ini menyoroti pertentangan antara impian atau keinginan pribadi dengan ekspektasi serta tekanan dari lingkungan keluarga atau sosial. Ini terlihat jelas pada pertentangan mimpi Algrafi versus harapan keluarganya, maupun mimpi Naya yang harus berhadapan dengan keterbatasan kondisinya.
Secara keseluruhan, film Algrafi tidak hanya menawarkan hiburan melalui intrik perjodohan dan gejolak hubungan dua tokoh utamanya. Lebih dari itu, film ini berupaya memicu diskusi mengenai makna persahabatan, konsekuensi dari perjodohan di era modern, serta pergolakan batin dan pilihan hidup yang dihadapi oleh remaja yang sedang memasuki fase peralihan. Bagi penonton yang mencari tontonan yang menggugah sambil tetap menghibur dengan bumbu romansa yang tidak biasa, kisah Algrafi dan Naya patut disimak.