Ada Cinta di SMA (2016) menyajikan potret kehidupan sekolah menengah atas yang penuh warna, fokus pada kisah Iqbal, seorang siswa yang dikenal bandel dan sering dianggap remeh. Merasa bosan dengan reputasinya dan ingin membuktikan sesuatu, terutama kepada ayahnya, Iqbal memutuskan untuk melakukan perubahan drastis. Ia mencalonkan diri sebagai kandidat ketua OSIS, sebuah langkah yang mengejutkan banyak pihak, termasuk sahabatnya, Aldi, dan rivalnya, Kiki. Pencalonan ini membawanya bersaing langsung dengan Ayla, siswi pintar, cantik, dan berprestasi yang menjadi kandidat kuat ketua OSIS.
Persaingan antara Iqbal dan Ayla menjadi inti cerita. Keduanya memiliki pendekatan dan gaya kampanye yang berbeda. Iqbal, dengan caranya yang unik dan kadang tidak konvensional, mencoba menarik simpati siswa lain, sementara Ayla mengandalkan program kerja yang terstruktur dan citranya yang positif. Di tengah panasnya kompetisi memperebutkan jabatan ketua OSIS, benih-benih perasaan mulai tumbuh di antara Iqbal dan Ayla. Mereka yang awalnya saling menganggap sebagai lawan, perlahan mulai melihat sisi lain dari diri masing-masing. Ada Cinta di SMA (2016) mengeksplorasi tema persaingan yang berubah menjadi ketertarikan romantis di bangku sekolah.
Selain fokus pada persaingan Iqbal dan Ayla, film ini juga menampilkan dinamika persahabatan antara Iqbal, Aldi, dan Kiki (yang tergabung dalam grup musik CJR pada saat itu), serta konflik personal yang dihadapi masing-masing karakter. Iqbal harus berjuang tidak hanya untuk memenangkan pemilihan OSIS, tetapi juga untuk mendapatkan pengakuan dari ayahnya dan mengatasi keraguan dirinya sendiri. Ayla pun menghadapi tekanannya sendiri untuk selalu menjadi yang terbaik. Kisah ini dibalut dengan nuansa musikal, di mana lagu-lagu menjadi bagian penting dalam menyampaikan perasaan dan cerita. Ini adalah narasi tentang pencarian jati diri, pembuktian diri, persahabatan, dan tumbuhnya perasaan di masa remaja.
