“365 Days: This Day” kembali membawa kita ke dunia Laura dan Massimo, pasangan yang akhirnya menikah setelah melewati berbagai drama di film pertama. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Laura, yang masih menyimpan trauma kehilangan bayinya akibat insiden di film sebelumnya, merasa bosan dan terkungkung dalam kehidupan mewahnya sebagai istri seorang bos mafia. Massimo, di sisi lain, sibuk dengan urusan bisnisnya, meninggalkan Laura merasa kesepian dan tidak diperhatikan.
Ketegangan mulai muncul ketika Laura bertemu dengan Nacho, tukang kebun mereka yang misterius dan menawan. Daya tarik antara Laura dan Nacho tak terhindarkan, dan Laura pun terjebak dalam pusaran emosi yang rumit. Ia merasa diperhatikan dan dipahami oleh Nacho, sesuatu yang tidak lagi ia rasakan dari Massimo.
Di tengah kebingungan dan konflik batinnya, Laura menemukan dirinya di sebuah pulau terpencil bersama Nacho. Kehidupan baru yang penuh gairah dan kebebasan ini awalnya terasa seperti pelarian yang sempurna. Namun, rahasia gelap tentang Nacho dan keluarganya perlahan terungkap, menyeret Laura ke dalam pusaran intrik mafia yang lebih berbahaya dari yang pernah ia bayangkan.
Ternyata, Nacho adalah putra dari bos mafia saingan Massimo. Laura terjebak di antara dua pria berbahaya, dan harus menghadapi kenyataan bahwa keputusannya akan membawa konsekuensi yang fatal. Drama semakin memuncak dengan kemunculan Adriano, saudara kembar Massimo yang selama ini terasingkan dan menyimpan dendam. Identitas tertukar, pengkhianatan, dan baku tembak menjadi bumbu utama dalam sekuel yang penuh gairah dan ketegangan ini. Pada akhirnya, nasib Laura menggantung, meninggalkan penonton bertanya-tanya tentang masa depannya.
Sejujurnya, jika kamu mencari film dengan alur cerita yang mendalam dan karakter yang kompleks, “365 Days: This Day” mungkin bukan pilihan yang tepat. Film ini, sama seperti pendahulunya, lebih mengandalkan daya tarik visual dan adegan-adegan panas antara para pemainnya. Jangan salah paham, Anna-Maria Sieklucka dan Michele Morrone tetap memancarkan chemistry yang kuat, dan pemandangan indah Italia tetap memanjakan mata.
Namun, dari segi cerita, film ini terasa sedikit mengecewakan. Plotnya terasa rumit tapi membingungkan, dengan banyak plot twist yang terasa dipaksakan dan kurang logis. Motivasi karakter terkadang tidak jelas, dan perkembangan hubungan antara Laura dan Nacho terasa terburu-buru. Meskipun ada upaya untuk menambahkan elemen drama mafia dan konflik keluarga, eksekusinya terasa kurang greget dan tidak mampu mengangkat kualitas film secara keseluruhan.
Aksi baku tembak di akhir film juga terasa klise dan kurang intens. Meskipun ada sedikit kejutan dengan kehadiran saudara kembar Massimo, Adriano, karakter ini terasa seperti tempelan yang kurang dikembangkan. Pada akhirnya, “365 Days: This Day” terasa seperti pengulangan formula dari film pertama, namun dengan cerita yang kurang fokus dan lebih berantakan.
Jika kamu adalah penggemar film pertama dan mencari tontonan ringan dengan adegan romantis yang sensual, mungkin kamu akan tetap menikmati film ini. Namun, jika kamu mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekadar visual dan adegan panas, “365 Days: This Day” mungkin akan terasa mengecewakan. Film ini lebih cocok dinikmati sebagai guilty pleasure tanpa perlu berpikir terlalu keras tentang plot atau kedalaman karakter. Jadi, siapkan camilan, matikan logika, dan nikmati saja drama percintaan yang panas dan penuh intrik ini.