Disutradarai oleh Eros Djarot, Tjoet Nja’ Dhien adalah sebuah film biografi sejarah epik yang monumental dalam perfilman Indonesia. Film ini mengisahkan perjuangan gigih Tjoet Nja’ Dhien (diperankan dengan sangat kuat oleh Christine Hakim), seorang pahlawan wanita asal Aceh, dalam memimpin perang gerilya melawan penjajah Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Film ini dimulai setelah kematian suami pertama Tjoet Nja’ Dhien, Teuku Ibrahim Lamnga, dalam pertempuran melawan Belanda. Kehilangan ini tidak mematahkan semangatnya, malah semakin membakar tekadnya untuk melanjutkan perjuangan.
Tjoet Nja’ Dhien kemudian menikah lagi dengan Teuku Umar (Slamet Rahardjo), seorang pejuang Aceh yang karismatik namun juga kontroversial karena strateginya yang terkadang ‘pura-pura’ bekerja sama dengan Belanda untuk mendapatkan senjata. Bersama Teuku Umar, Tjoet Nja’ Dhien terus mengobarkan perlawanan di pedalaman hutan Aceh. Film ini menggambarkan sosok Tjoet Nja’ Dhien sebagai wanita yang tangguh, cerdas secara strategi, taat beragama, dan memiliki semangat juang yang tak kunjung padam meskipun menghadapi berbagai kesulitan: kekurangan logistik, penyakit, pengkhianatan, dan kekuatan militer Belanda yang jauh lebih unggul.
Setelah Teuku Umar gugur, Tjoet Nja’ Dhien yang usianya semakin senja dan kondisi fisiknya melemah (terutama karena rabun), tetap menolak untuk menyerah. Ia terus memimpin sisa-sisa pasukannya bergerilya dari satu tempat ke tempat lain. Tjoet Nja’ Dhien tidak hanya fokus pada pertempuran fisik, tetapi juga pada kekuatan mental, spiritual, dan kepemimpinan Tjoet Nja’ Dhien. Film ini menampilkan sinematografi yang indah dengan latar alam Aceh, kostum dan set yang otentik, serta dialog yang puitis. Penampilan Christine Hakim sebagai Tjoet Nja’ Dhien dianggap sebagai salah satu penampilan akting terbaik dalam sejarah sinema Indonesia, berhasil menangkap esensi keteguhan dan martabat sang pahlawan.