Hafalan Shalat Delisa (2011) adalah sebuah film drama keluarga yang sangat menyentuh hati, diadaptasi dari novel populer karya Tere Liye dengan judul yang sama. Disutradarai oleh Sony Gaokasak, film ini mengambil latar belakang peristiwa tragis tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Cerita berpusat pada Delisa (diperankan oleh Chantiq Schagerl), seorang gadis kecil berusia enam tahun yang ceria dan tinggal di Lhok Nga, Aceh. Ia hidup bahagia bersama keluarganya: Abi Usman (Reza Rahadian), ayahnya yang bekerja di kapal tanker, Ummi Salamah (Nirina Zubir), ibunya, serta ketiga kakaknya, Fatimah, Zahra, dan Aisyah.
Kehidupan Delisa yang damai berubah drastis pada hari naas itu. Saat Delisa sedang khusyuk melaksanakan ujian praktik hafalan bacaan shalat di sekolahnya yang terletak di tepi pantai, gelombang tsunami dahsyat menerjang dan menyapu bersih desanya. Hafalan Shalat Delisa (2011) menggambarkan detik-detik mengerikan bencana tersebut dan dampaknya yang menghancurkan. Delisa berhasil selamat secara ajaib setelah terseret arus dan terdampar, namun ia harus kehilangan salah satu kakinya dan, yang lebih menyakitkan, kehilangan ibu dan ketiga kakaknya. Ia ditemukan oleh seorang relawan bernama Smith dan akhirnya bertemu kembali dengan ayahnya, Abi Usman, yang selamat karena sedang berada di kapal saat tsunami terjadi.
Film Hafalan Shalat Delisa (2011) kemudian berfokus pada perjuangan Delisa dan Abi Usman untuk bangkit dari keterpurukan dan trauma pasca-bencana. Kehilangan yang begitu besar dan kondisi fisik Delisa yang tak lagi sama menjadi ujian berat bagi iman dan ketabahan mereka. Namun, semangat Delisa yang polos dan tak pernah padam, serta keinginannya untuk menyelesaikan hafalan shalatnya demi mendapatkan hadiah kalung dari Ummi (yang dijanjikan sebelum tsunami), menjadi sumber kekuatan bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Film ini adalah sebuah kisah tentang kehilangan, harapan, ketahanan jiwa manusia, dan kekuatan iman dalam menghadapi cobaan terberat sekalipun. Hafalan Shalat Delisa (2011) berhasil menguras air mata penonton dengan penggambaran kepolosan anak-anak dan ketegaran menghadapi tragedi.