Jokowi (2013) adalah sebuah film biografi yang mencoba menggambarkan sisi lain dari sosok Joko Widodo, sebelum ia dikenal luas sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kemudian Presiden Republik Indonesia. Disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis, film ini lebih fokus pada masa kecil dan remaja Joko Widodo (diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana sebagai Jokowi dewasa dan beberapa aktor cilik untuk masa kecilnya) di Surakarta (Solo), serta hubungannya dengan keluarganya, terutama sang ayah, Noto Mihardjo (diperankan oleh Susilo Badar). Film ini bertujuan untuk menunjukkan latar belakang sederhana dan perjuangan hidup yang membentuk karakternya.
Berbeda dari film biografi politik pada umumnya yang menyoroti karier dan pencapaian, Jokowi (2013) memilih untuk menggali sisi personal dan humanis dari sang tokoh. Penonton diajak melihat kehidupan Joko Widodo kecil yang akrab dipanggil “Jokowi”, tumbuh di lingkungan bantaran sungai, mengalami beberapa kali penggusuran bersama keluarganya, namun tetap menunjukkan sifat ulet, sederhana, dan pekerja keras sejak dini. Film ini menggambarkan bagaimana pengalaman hidup di tengah keterbatasan ekonomi menempa karakternya menjadi pribadi yang tangguh dan memiliki empati terhadap rakyat kecil. Interaksi dengan teman-teman masa kecil dan dinamika dalam keluarganya menjadi bagian penting dari narasi.
Jokowi (2013) juga menyentuh bagaimana ia menemukan minatnya pada musik rock dan kayu, yang kelak membawanya menjadi pengusaha mebel sebelum terjun ke dunia politik. Hubungan dengan Iriana (diperankan oleh Prisia Nasution), yang kemudian menjadi istrinya, juga disajikan sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Film ini berusaha menampilkan potret Jokowi sebagai manusia biasa dengan segala suka dukanya, jauh dari hingar bingar politik. Dengan pendekatan yang lebih personal dan sentimental, Jokowi (2013) ingin memberikan inspirasi bahwa siapa pun, terlepas dari latar belakangnya, dapat meraih kesuksesan melalui kerja keras, kejujuran, dan ketekunan.